Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

249 Penumpang KM Teratai Belum Jelas

Kompas.com - 12/01/2009, 06:11 WIB

MAKASSAR, SENIN — Kapal Motor Teratai Prima 0 yang mengangkut 250 penumpang dan 17 awak kapal dari Parepare, Sulawesi Selatan, menuju Samarinda, Kalimantan Timur, tenggelam di perairan Tanjung Baturoro, Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Minggu (11/1) dini hari.

Sebanyak 18 korban diselamatkan nelayan setelah terkatung-katung sekian lama di laut. Hingga pukul 22.00, nasib 249 orang lainnya belum diketahui.

Kepala Administrator Pelabuhan Parepare Nurwahida menyatakan, Kapal Motor (KM) Teratai Prima 0 berangkat dari Pelabuhan Parepare, Sabtu sekitar pukul 17.00 WITA.

”Berdasarkan jadwal yang tercatat, kapal diberangkatkan pukul 17.00. Ketika itu cuaca di Pelabuhan Parepare gerimis, tetapi tidak ada gelombang tinggi. Menurut manifes kapal, jumlah penumpang 250 orang (bukan 200 seperti berita sebelumnya), dengan muatan barang sekitar 200 ton. Kapasitas kapal 300 penumpang, dan kapal masih dalam kondisi laik. Seharusnya dalam waktu 10 jam kapal tiba di Samarinda,” kata Nurwahida.

Menurut dia, kapal berbobot mati 747 GT itu tenggelam karena dihantam angin puting beliung. ”Minggu sekitar pukul 02.00, KM Teratai Prima 0 masih berkomunikasi dengan pemilik kapal di Samarinda. Kapal tenggelam sekitar pukul 03.00. Awak kapal yang selamat menerangkan kepada syahbandar Majene, kapal tenggelam karena angin puting beliung. Saat itu tinggi gelombang 2 meter,” ujarnya.

Nurwahida menyatakan, kapal itu tak sempat mengirimkan peringatan SOS. ”Angin puting beliung datang secara tiba-tiba dan kapal miring secara mendadak. Tidak ada kabar yang sempat dikirim dari kapal tentang kecelakaan itu. Kami belum memperoleh kabar nasib penumpang dan anak buah kapal yang belum ditemukan,” kata Nurwahida.

Nurwahida menjelaskan, KM Teratai Prima 0 adalah kapal penumpang yang secara reguler berlayar dari Samarinda ke Parepare pergi-pulang setiap satu minggu sekali. Kapal tidak singgah di pelabuhan lain.

Di Jakarta, Minggu, Menteri Perhubungan Jusman Safeii Djamal mengatakan, tenggelamnya KM Teratai Prima 0 disebabkan gelombang laut tinggi. Berdasarkan informasi sementara, tidak ada dugaan muatan berlebih saat kapal berlayar.

Menhub membenarkan KM Teratai Prima hanya membawa 250 penumpang dari total kapasitas 300 orang. Kargo yang dibawa juga diperkirakan tidak mencapai 18 ton sehingga kapal itu masih sangat laik berlayar. ”Berdasarkan informasi yang saya terima, nakhoda kapal berhasil diselamatkan. Nakhoda mengungkapkan, kapal tenggelam akibat cuaca buruk,” kata Jusman.

Menhub mengatakan, untuk mengetahui penyebab pasti tenggelamnya KM Teratai Prima 0, tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Senin ini, akan berangkat menuju perairan Parepare.

”Dephub sebenarnya telah menerbitkan Maklumat Pelayaran yang menyatakan bahwa pada Januari hingga Februari terjadi siklon tropis. Hal itu harus diwaspadai karena mendorong terbentuknya gelombang laut yang tinggi dan membahayakan pelayaran,” ujarnya.

Berharap selamat

Di Samarinda, kerabat penumpang KM Teratai Prima 0 mendatangi Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan Samarinda. Mereka adalah ayah, ibu, suami, istri, sepupu, kakak, adik, ipar, atau keponakan dari 54 penumpang kapal itu. ”Saya berharap suami selamat,” kata Jumarnin. Ia menyatakan, Rismanto, suaminya, salah satu penumpang kapal.

Tekka S, Kepala Operasi PT Batari Mulya, perusahaan yang mengoperasikan KM Teratai Prima 0, mengatakan, kapal itu diproduksi CV Mudji Rahayu di Samarinda pada 1999. Kapal laik berlayar. ”Belum ada satu tahun kapal itu jadi milik kami. Kapal dinakhodai Sabir,” katanya.

Tekka mengatakan, tiga kapal dari Samarinda dengan tujuan Parepare—KM Teratai Prima 2, KM Samarinda Express, dan KM Tanjung Manis—telah diminta untuk melintasi jalur pelayaran KM Teratai Prima. Tujuannya, mengangkut korban yang dapat ditemukan. Ketiga kapal berangkat dari Pelabuhan Samarinda sekitar pukul 11.00 hari Minggu.

Pencarian kapal dilakukan sejak Minggu sore. Nurwahida menyatakan, pihaknya telah mengerahkan tim SAR dari Makassar. Pihaknya juga mengerahkan KM Armada Alorado yang masih berada di Makassar.

Kepala Kepolisian Resor Majene Ajun Komisaris Besar Suyatmo menjelaskan, sebanyak 18 penumpang ditemukan selamat oleh nelayan. ”Kami baru mengetahui kecelakaan itu sekitar pukul 15.00,” katanya.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat Komisaris Besar Hery Subiansauri menambahkan, polisi telah meminta keterangan dari anak buah kapal yang selamat. Polisi menyimpulkan bahwa kapal dihantam gelombang besar.

Perairan rawan

Perairan Majene adalah perairan rawan kecelakaan laut untuk kapal yang berlayar dari Sulawesi ke Kalimantan atau sebaliknya. Pada 19 Juli 2007, KM Mutiara Indah tenggelam di perairan Majene sekitar 1,5 mil (2,4 km) dari Pantai Tanjung Rangas. Lalu, pada 20 Juli 2007, KM Fajar Mas tenggelam sekitar 60 mil (96 km) dari Pantai Tanjung Rangas.

Pada 16 Agustus 2007, kapal penangkap ikan Sumber Awal tenggelam di perairan Labuang, Kecamatan Banggae Timur. Lalu pada 8 Juli 2008, kapal motor pengangkut tenggelam di perairan Tanjung Rangas.

Perairan Majene juga merupakan tempat jatuhnya pesawat Adam Air KI 574 yang hilang 1 Januari 2007. (ROW/BRO/RYO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com