Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perompak Bersiaga

Kompas.com - 22/11/2008, 04:11 WIB

MOGADISHU, JUMAT - Para perompak Somalia membangun pertahanan. Mereka siap diserang dan tidak mau melepas kapal milik Arab Saudi yang disandera. Perompak meminta uang tebusan 25 juta dollar AS. Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Saud al-Faisal menegaskan tak akan mau berunding dengan perompak.

”Pembayaran uang tebusan hanya akan menyuburkan perompakan,” kata Menlu Arab Saudi.

Kelompok Muslim Somalia bersenjata berangkat ke kota pelabuhan Harardhere. Mereka mencari pembajak kapal Arab Saudi. ”Kelompok bersenjata akan menyerang perompak karena telah membajak kapal Muslim,” kata seorang sesepuh di Harardhere, lokasi penyanderaan tanker Sirius Star Saudi.

Kapal-kapal negara asing sudah dikirim ke perairan Somalia. Milisi dan pejuang Muslim dikerahkan untuk memperkuat pengamanan di Harardhere, sebagaimana diutarakan seorang saksi. ”Mereka sudah ada di dalam kota dan lainnya mencari perlindungan di sebuah desa terdekat dan siap bergerak jika diminta,” kata Mohamed Awale, warga lokal.

Keberadaan dan status perompak itu belum jelas. Disebutkan, perompak memiliki kaitan dengan sebuah organisasi besar, tetapi tidak pernah bisa dikonfirmasikan. Perompak dilengkapi dengan senjata Kalashnikov serta peluncur roket.

Noel Choong, Ketua Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional yang berpusat di Kuala Lumpur, Kamis (20/11), menyerukan agar masyarakat internasional melancarkan operasi bersama ke tempat-tempat perlindungan para perompak di Somalia.

Meraup 150 juta dollar AS

Operasi seperti itu membutuhkan persetujuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Choong menambahkan, tindakan keras perlu dilakukan.

Namun sikap Amerika Serikat aneh. Pusat komando militer AS, Pentagon, Rabu, menyatakan pendekatan militer bukan jawaban terhadap perompakan di Tanduk Afrika.

Menlu Kenya Moses Wetangula mengatakan, para perompak meraup uang 150 juta dollar AS tahun lalu. Ia menyarankan agar pemilik kapal tidak memenuhi tuntutan.

Seorang ahli antipencucian uang dan bankir Mesir, Hany Aby-El-Fotouh, mengatakan, ”Perompak hidup seperti monarki, seperti para raja. Mereka tampil di publik tanpa harus menyembunyikan identitas. Pemerintah lokal tidak peduli atau tidak memiliki otoritas untuk mengontrol. Perompak melakukan kesepakatan-kesepakatan kotor.”

Para perompak pun bebas menyimpan hasil rompakan tanpa harus diusut.(AP/AFP/Reuters/OKI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com