Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata-kata Terakhir Pilot AdamAir

Kompas.com - 26/03/2008, 07:12 WIB

JAKARTA, RABU-Misteri jatuhnya pesawat AdamAir rute Jakarta-Surabaya- Manado di perairan Majene, Sulawesi Barat, 1 Januari 2007, terjawab sudah. Awalnya, alat navigasi pesawat atau yang dikenal sebagai Internal Reference System (IRS) rusak. Menteri Perhubungan, Jusman Syafi'i Djamal menegaskan hal itu kepada wartawan di gedung Departemen Perhubungan, Selasa (25/3) siang. Kesimpulan tersebut diketahui setelah Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membaca laporan kejadian prakecelakaan dari cockpit voice recorder (CVR).

Menurut anggota KNKT, Mardjono, kedua awak pesawat (pilot dan kopilot) terkonsentrasi memperbaiki kerusakan ISR dan lupa memerhatikan instrumen lain. Mereka tidak menyadari pesawat miring dan turun mendekati laut. Mereka baru sadar dua menit sebelum pesawat pecah menabrak laut. "Sudah terlambat. Tidak ada yang bisa dilakukan. Seluruh penumpang dan awak yang berjumlah 102 hilang dan dianggap tewas," ujar Mardjono.

Mardjono menerangkan, kerusakan IRS terjadi dalam 13 menit terakhir penerbangan, sebelum pesawat jatuh. Kerusakan ini mengalihkan perhatian pilot dan kopilot dari flight instrumen (instrumen penerbangan). Hasil rekaman digital flight data recorder (DFDR) menunjukkan, awalnya pesawat terbang dengan bantuan instrumen kemudi otomatis (autopilot). Namun, penanganan terhadap IRS yang dilakukan tidak sesuai dengan buku panduan, sehingga kemudi otomatis pesawat menjadi tidak berfungsi. Pesawat pun mulai miring.

"Karena kemiringannya hanya satu derajat per detik, jadi tak terasa. Autopilot disconnect (kemudi otomatis tidak berfungsi) dan alarm berbunyi: not..not..not. Mereka sempat mematikan alarm tersebut karena terlalu fokus pada IRS. Ini biasa. Jadi, tidak bisa dikatakan human error, hanya kinerjanya yang error. Kinerja sebagai manusia darat yang harus terbang. Kalau di darat, prosedur mereka sudah benar. Tapi, berbeda halnya jika dia berada di udara," kata Mardjono.

Ketua KNKT Tatang Kurniadi menambahkan, setelah pesawat miring ke kanan melewati 35 derajat, alram berbunyi. Pesawat terus miring hingga 100 derajat dan situasi sudah tidak bisa dikendalikan lagi. "Pesawat miring daya angkatnya memang kurang. Padahal dia (pilot) melakukan recover baru setelah hidung pesawat nunduk 60 derajat. Apalagi dengan kecepatan yang mencapai 0,926 kecepatan suara. Karena itu, pecahan badan pesawat terbesar yang ditemukan hanya dua meter. Saat menabrak laut itulah, pesawat terpecah," jelasnya.

Pesawat dengan bernomor penerbangan DJHI 574 itu terbang dari Bandara Juanda, Surabaya (1/1) 2007 pukul 05.59. "Tidak ada tanda-tanda atau bukti pilot dapat mengendalikan pesawat secara tepat dan seksama, sesudah alrm berbunyi dan pesawat melewati 35 derajat ke kanan," ujar Tatang Kurniadi.

Pilot pun tidak sempat menaikkan pesawat karena posisi pesawat sudah miring. Akibatnya, pesawat menghujam ke laut dengan kecepatan 1.000 kilometer per jam. Yang memilukan, terdengar suara kata-kata terakhir pilot Revri Agustian Widodo kepada kopilotnya Yoga. "Jangan dibelokin, jangan dibelokin," setelah itu tak diketahui nasib pesawat AdamAir dan seluruh penumpangnya.(Warta Kota/Get)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Pengusaha Hendry Lie Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Nasional
Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

Nasional
Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

Nasional
Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com