Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjengkelkan, tapi Kita Memang Harus Belajar dari "Si Truly Asia" (1)

Kompas.com - 01/09/2009, 10:03 WIB

KOMPAS.com — Malaysia, "Si Truly Asia", belakangan membuat jengkel atas berbagai klaimnya terhadap sejumlah kebudayaan Indonesia. Ada yang mengatakan, Indonesia sebagai negeri yang kaya memang memiliki kelemahan dalam menjaga ratusan atau bahkan ribuan kebudayaan yang dimilikinya. Sementara, Malaysia yang tidak sekaya Indonesia begitu proaktif "mencari serpihan budaya" dari negeri serumpun untuk memperkuat identitas kebudayaannya.

Klaim atas sejumlah budaya Indonesia terjadi selalu terkait dengan sektor pariwisata. Malaysia yang mengusung slogan "Truly Asia" memang berupaya keras membangun citra sebagai representasi Asia untuk destinasi wisata dunia. Klaim-klaim yang pernah terjadi memang menjengkelkan. Tapi, menengok geliat pariwisata di "Negeri Jiran" itu, Indonesia memang harus belajar banyak dari "Si Truly Asia".

Malaysia menawarkan pengalaman wisata berbasis petualangan hutan tropis, segarnya hawa dataran tinggi yang tak terlupakan, pantai berpasir yang hangat, sekaligus wisata budaya yang multikultural, hingga wisata belanja khas sophaholic kelas dunia.

Sepintas tawaran wisata itu hampir serupa dengan "Si Ultimate in Diversity", Indonesia. Namun yang berbeda, Malaysia memberikan kemudahan akses dalam segala hal. "Sang Jiran" memang menggarap sektor pariwisatanya ibarat memenuhi kebutuhan primer dan menjadikan agenda itu amat diprioritaskan.

Ia mengombinasikan kekayaan flora dan fauna dengan infrastruktur kelas dunia pada saat yang bersamaan. Kesiapan infrastruktur transportasi memungkinkan pengunjung memiliki banyak pilihan untuk melakukan mobilitas, mulai dari kereta komuter, monorail, ERL, taksi, bus, hingga sepeda motor.

Negeri beribu kota Kuala Lumpur itu juga memudahkan pengunjung dengan layanan telekomunikasi berbasis seluler yang ready to use alias siap pakai. Hilang sinyal akibat tak ada layanan telekomunikasi dari negeri asal tak perlu risau. Malaysia siap mengantisipasi dengan menyediakan layanan one stop service mobile di terminal kedatangan Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur. Setelah sim card terpasang, layanan voice, SMS (layanan pesan singkat), hingga layanan data siap terakses tanpa syarat berbelit.

Negeri itu memberikan pilihan wisata mulai dari mandi matahari di pantai Pulau Redang, ber-snorkeling dalam kejernihan air Pulau Langkawi, merasakan manisnya stroberi di Dataran Tinggi Cameron, hingga menguji adrenalin di Genting Highlands.

Sebagai bagian tak terpisahkan dari negeri itu, latar belakang multikultural Malaysia justru dijadikan daya tarik tersendiri, di mana warga berbeda etnis hidup bersama secara berdampingan dengan damai, menciptakan kesan keberagaman budaya dan tradisi. Etnis Melayu, China, hingga India mendominasi negeri yang diperintah oleh Yang Dipertuan Agong itu.

Alasan itulah yang melatarbelakangi Malaysia memilih brand image "Truly Asia", di samping beraneka festival penuh warna yang digelar di sejumlah sudut kota.   

Soal kerajinan tangan, negeri penghasil sawit dan karet terbesar itu mengklaim memiliki tekstil handmade autentik bernama batik dan songket.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com