Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjual Detektor Bom Palsu Dipenjara 10 Tahun

Kompas.com - 03/05/2013, 19:35 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Seorang pebisnis Inggris, Kamis (2/5/2013), dijatuhi hukuman penjara 10 tahun karena terbukti bersalah menjual detektor bom palsu untuk pemerintah Irak dan beberapa negara lainnya.

Pebisnis itu, James McCormick merapu keuntungan hingga 76 juta dolar AS atau sebesar Rp 1,1 triliun karena menjual detektor palsu itu.

Jaksa penuntut mengatakan detektor bom itu hanya dibuat dari alat pencari bola golf dan tidak berfungsi saat digunakan untuk mencari bahan peledak.

Pekan lalu, juri di pengadilan Old Bailey, London memutuskan pria berusia 57 tahun itu bersalah atas tiga dakwaan terkait penipuan.

Hakim Richard Hone mengatakan McCormick melakukan perbuatan yang sangat membahayakan hidup orang lain demi mendapatkan keuntungan. Bahkan hakim mengatakan tangan McCormick berlumuran darah korban ledakan bom.

"Alat itu sama sekali tak berguna, keuntungan yang diperoleh sangat besar, dan keahlian Anda dalam menipu layak ditempatkan di posisi tertinggi," kata hakim Hone.

"Anda bahkan tak terlihat malu atau menyesal melakukan itu," lanjut hakim.

Detektor bom palsu itu ditawarkan ke sejumlah pemerintah dan organisasi keamanan di berbagai negara. Dalam menawarkan produknya, McCormick melengkapi diri dengan brosur mewah yang berisi klaim kemampuan detektornya mencari bahan peledak, narkoba, gading gajah, hingga manusia.

McCormick, pria asal Sommerset, Inggris ini, diyakini meraup keuntungan hingga 37 juta poundsterling atau sekitar Rp 560 miliar hanya dari penjualan 6.000 unit detektor bom palsu itu ke Irak.

Di pengadilan McCormick mengakui dia juga menjual detektor palsu itu ke angkatan darat Mesir, kepolisian Kenya, lembaga pemasyarakatan Hong Kong dan penjaga perbatasan Thailand.

Negara lain yang juga tertipu adalah Georgia, Niger, Belgia, dan pasukan perdamaian AS di Lebanon.

McCormick bahkan mengatakan salah satu produknya digunakan untuk memeriksa sebuah hotel di Romania sebelum kunjungan presiden AS pada 1990-an.

"Saya tak pernah menerima keluhan pelanggan," kata dia.

Namun, jaksa penuntut mengatakan seorang mantan pejabat militer senior Inggris di Irak mengatakan alat palsu itu telah mengakibatkan beberapa orang kehilangan nyawa.

"Salah satu dampak buruk alat itu adalah sebuah bom meledak setelah melewati pos penjagaan. Akibatnya beberapa warga sipil Irak tewas," kata Brigjen Simon Marriner dalam pernyataan tertulisnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com