Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Afsel Bentuk Komisi Penyelidik

Kompas.com - 18/08/2012, 11:33 WIB

JOHANNESBURG, KOMPAS.com - Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, membentuk komisi penyelidik setelah aparat kepolisian melepaskan tembakan ke arah para pekerja tambang yang menewaskan sedikitnya 34 orang, Kamis (17/08) waktu setempat.

Dalam pidatonya, Zuma menyebut kematian puluhan pekerja tambang itu sebagai peristiwa "tragis". Keterangan resmi kepolisian menyebutkan, 34 pekerja tambang tewas ketika polisi melepaskan tembakan ke arah mereka. Sementara dilaporkan 78 orang terluka dalam bentrokan antara pekerja tambang dengan aparat kepolisian.

Lebih lanjut Zuma mengatakan dia merasa "sedih dan kecewa" atas kejadian yang "mengejutkan" tersebut. Dia lantas menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada semua keluarga yang kehilangan orang-orang terdekatnya. "Kita harus mengungkap kebenaran apa yang terjadi, dan karenanya saya memutuskan membentuk komisi penyelidik. Ini akan memungkinkan kita mengetahui penyebab sebenarnya dari insiden tersebut..."

Presiden mengaku pedih memikirkan keluarga pekerja tambang yang ditinggal mati, tetapi dia juga mengatakan "tindakan aparat kepolisian terjadi dalam situasi yang pelik".

Karenanya Zuma menambahkan, "Hari ini bukanlah untuk saling menyalahkan, atau saling tuduh.. Hari ini kita ditantang untuk tenang dan berbagi rasa sakit dari keluarga korban. Hari ini sekaligus mengingatkan tanggung jawab kita sebagai warga negara..."

Setelah insiden ini, Zuma memperpendek kunjungan kenegaraan di Mozambik dan menemui para korban yang dirawat di rumah sakit.

Penyelidik independen

Namun demikian, pimpinan serikat buruh yang memimpin pemogokan - yang berakhir dengan bentrokan dengan aparat kepolisian - menuntut kehadiran tim penyelidik internasional yang independen.

Joseph Mathunjwa, pimpinan asosiasi karyawan penambang, mengatakan kepada BBC bahwa penyelidikan internasional independen lebih tepat karena sejauh ini serikat pekerja dalam posisi sebagai tertuduh dalam insiden kekerasan tersebut.

Bentrokan di kawasan tambang platina di wilayah Marikana, yang dikelola perusahaan tambang The Lonmin, berawal dari pemogokan para karyawan tambang yang menuntut kenaikan gaji.

Sebelumnya, dalam aksi pemogokan yang berakhir rusuh telah mengakibatkan 10 orang tewas, termasuk dua orang petugas kepolisian. Dan pada Kamis, sekitar 3.000 orang pekerja tambang kembali melakukan mogok kerja.

Aparat kepolisian dikirim ke lokasi demonstrasi untuk menghadapi para pengunjuk rasa yang disebutkan membawa senjata api dan tajam.

Membela diri

Tidak diketahui jelas bagaimana akhirnya aparat kepolisian kemudian memuntahkan peluru tajam ke arah kerumunan pengunjukrasa, namun sejumlah saksi mata menyebutkan, tembakan itu terjadi ketika sekelompok demonstran hendak menyerang polisi.

Kepala Polisi Afrika Selatan Riah Phiyega mengatakan, "Aparatnya terpaksa menembak ke arah pengunjuk rasa untuk membela diri".

Sejauh ini polisi telah menangkap 259 orang yang dituduh terlibat aksi kekerasan yang berujung pada kasus penembakan itu. Tetapi, pimpinan asosiasi karyawan penambang, Jeffrey Mphahlele menuduh polisi melakukan aksi pembantaian, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.

Afrika Selatan adalah produsen platina terbesar di dunia, dan akibat perselisihan dengan para karyawannya, produksinya menurun. Perusahaan pertambangan Lonmin, merupakan produsen platina terbesar ketiga di dunia. Pada Mei 2011 lalu, perusahaan ini telah memecat sekitar 9.000 karyawannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com