KOMPAS.com - Negara-negara maju seperti Swiss, Australia, termasuk Hong Kong, menjadi pelopor membantu kaum berkebutuhan khusus menjadi warga negara berkontribusi. Dalam hal ini, terkait dengan warga tunarungu. "Di negara-negara itu, pemerintahnya membiayai implan dan terapi," kata Ketua I-Hear Foundation Johnwei Muljono pada Senin (11/6/2012) malam.
Lebih lanjut menurut Johnwei, Indonesia memang belum sampai seperti negara-negara tersebut. Sebaliknya, inisiatif untuk membantu warga berkebutuhan khusus justru datang dari swasta.
Menurut catatan pihaknya, di Tanah Air, setiap tahunnya ada sekitar 1.500 anak yang lahir dengan masalah pendengaran. Sementara, implan koklea adalah pemasangan alat khusus pada organ pendengaran penderita. Biasanya, anak balita (bawah lima tahun) menjadi prioritas implan ini.
Namun demikian, kendala yang muncul adalah tingginya harga alat implan. Di Indonesia, misalnya, perangkat terbaik dengan 120 saluran suara berbanderol 25.000 dollar AS per unitnya.
Dari situlah terang, Johnwei, dirinya merasa perlu untuk membangun kerja sama agar para penderita tunarungu menjadi warga negara yang berkontribusi. "Saya berharap warga tunarungu tidak menjadi beban negara," imbuhnya.
Johnwei mengatakan, kerja sama antarberbagai pihak memang menjadi semacam kebutuhan. Ia mengaku, yayasannya mendapat dukungan dari Right Hear Foundation asal Swiss untuk keleluasaan mendapatkan pendanaan dari pihak perbankan. Selain itu, ia juga mendapat dukungan untuk pembukaan sekolah bagi anak-anak tunarungu yang dicampur dengan anak-anak normal. "Sekolah itu sudah dibuka sejak dua tahun lalu," katanya.
Terkait pendanaan tersebut, dalam kesempatan sama, sebagaimana Vice President Consumer and Retail Lending Bank BNI Indrastomo Nugroho mengatakan pihaknya menyambut kerja sama dengan I-Hear Foundation. Sementara, imbuh Johnwei, yang hadir dan memberi dukungan bagi program tersebut adalah Duta Besar Swiss untuk Indonesia Heinz Walker-Nederkoorn, Managing Director The Hearing Solution Group Manfred Stoifl, dan President of The Board Right Hear Foundation Switzerland Han-Uely Rihs.