Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadilah Migran Tangguh, Bukan Benalu

Kompas.com - 22/11/2011, 09:01 WIB

AKHIR-AKHIR ini Belanda menunjukkan sikap kurang ramah terhadap migran asing, demikian Dian Paramita, sosiolog asal Yogyakarta yang kini menjadi pengamat sosial di negeri kincir angin ini, sebagaimana dilansir Radio Nederland, Senin (21/11/2011). Ia sering melakukan penelitian untuk advis kepada pemerintah daerah di Belanda yang menyorot masalah migran, terutama migran perempuan.

Bagaimana kebijakan yang tepat untuk mengintegrasikan para migran di Belanda? Menurut Dian Paramita, ada dua tahap dalam proses integrasi. Pertama-tama tahap adaptasi, tahap awal tinggal di Belanda. Dalam tahap ini masalah yang paling besar adalah bahasa Belanda. Karena tanpa bahasa Belanda orang akan kesulitan berperan serta dalam masyarakat Belanda.

Banyak migran dari Indonesia masih harus belajar bahasa Belanda, padahal mereka sudah lebih dari 25 tahun tinggal di negara ini. Migran Indonesia banyak yang mengalami kesulitan menguasai bahasa Belanda. Karena itu bahasa diwajibkan dalam program inburgering atau integrasi.

Selain masalah bahasa Belanda, masalah benturan budaya juga menjadi ganjalan. Ada banyak sisi budaya Belanda yang harus dipelajari. "Misalnya bagaimana bergaul di lingkungan kerja, bagaimana kita menyuarakan pendapat misalnya pada suami Belanda. Itupun kita harus belajar," ujar Dian.

Norma Belanda berbeda, apalagi bagi orang Jawa yang terutama menggunakan mimik, bahasa tubuh. Orang Belanda terkenal langsung mengatakan pendapatnya - tembak langsung - sementara orang Indonesia justru terbiasa mencari jurus tidak langsung.

"Ini menyebabkan konflik antara perempuan Indonesia dengan suami Belanda mereka." Demikian Dian Paramita yang menikah dengan orang Belanda.

Faktor-faktor lain misalnya makanan dan perubahan cuaca, ikut menentukan kesuksesan tahap adaptasi dalam masyarakat. Para migran harus terus beradaptasi sampai bisa hidup mandiri, kemudian tahap berikutnya adalah aktualisasi diri, bagaimana mencari pekerjaan.

Aktualisasi diri

Dian Paramita kemudian menceritakan pengalamannya mencari kerja. Ia sudah memiliki pengalaman kerja yang bagus di Indonesia. Walaupun ia melanjutkan kuliah di Belanda, tapi masih saja ada hambatan dan tantangan. Misalnya ia tidak bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

Dulu di Indonesia ia mengajar di universitas. "Namun di sini bahasa Belanda saya tidak cukup untuk memberi kuliah di universitas. Peluang lain apa yang bisa saya lakukan, adalah mencari peluang sebagai peneliti di sebuah lembaga di Belanda timur. Topiknya tentang sekolah menengah dan perempuan migran di Belanda. Lembaga ini ditutup, karena subsidi dihentikan. Saya keluar, tapi jaringan klien meminta saya melanjutkan penelitian sendiri."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com