KOMPAS.com — Kelompok oposisi Mesir melihat peluang pascaturunnya Hosni Mubarak dari tampuk kepresidenan. Salah satunya menyangkut soal sistem politik yang lebih demokratis.
Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa, yang juga warga Mesir, berkenaan dengan peluang itu mengatakan bahwa rakyat Mesir dapat memanfaatkan kesempatan membangun konsensus nasional dan masa depan yang didasarkan pada demokrasi.
Sementara seorang tokoh kubu oposisi dari kelompok Ikhwanul Muslimin, Essam el-Erian, mengatakan, warga Mesir akan mencari bentuk politik baru ke depan. Sementara Mohammed ElBaradei mengatakan, negerinya telah dibebaskan setelah penindasan bertahun-tahun.
Hingga berita ini diturunkan, sebagaimana warta AP dan AFP pada Sabtu (12/2/2011), Alun-alun Tahrir mulai lengang. Padahal, semalam ribuan demonstran masih merayakan turunnya Mubarak. Kala fajar, makin banyak warga Mesir meninggalkan kawasan itu untuk kembali bekerja.
Kini hanya pasukan militer yang mempertahankan tank dan kendaraan lapis baja di jalan-jalan. Mereka masih berjaga-jaga, terutama di bagian luar bangunan-bangunan penting.
Sekutu
Jatuhnya Mubarak, menurut media massa, justru membawa dampak berbeda dengan Amerika Serikat (AS). Presiden Barack Obama bahkan cepat-cepat mengirim Laksamana Mike Mullen ke Jordania. Mullen adalah penasihat militer senior Uwak Sam (AS).
Di Jordania, Mullen pada Minggu (13/2/2011) akan bertemu dengan para pejabat negeri itu, termasuk Raja Abdullah II.
Jordania beberapa hari belakangan juga terimbas peristiwa kawasan. Rakyat Jordania selama lima minggu ke belakang sempat melancarkan aksi protes meski jumlah pengunjuk rasa menurun.
Aksi Mullen tak berhenti di Jordania. Ia akan melanjutkan perjalanan ke Tel Aviv, Israel. Setelah mengikuti peringatan masa pensiun rekannya dari Israel, Letnan Jenderal Gabi Ashkenazi, Minggu, Mullen bertemu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Presiden Shimon Peres. Pertemuan itu bakal berlangsung pada Senin (14/2/2011).
Di Timur Tengah, Mesir, Jordania, dan Israel termasuk sekutu dekat AS. Maka, runtuhnya kekuasaan Mubarak seakan menjadi pertaruhan besar bagi AS untuk mempertahankan pengaruhnya. Perubahan politik bakal terjadi di situ dan Israel makin terlihat khawatir dengan perubahan cepat di sekitar dirinya. Para pengamat mengatakan, AS saat ini terkesan tengah gamang.