Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer Sri Lanka Kepung Hotel Kandidat Presiden Fonseka

Kompas.com - 27/01/2010, 16:14 WIB

KOLOMBO, KOMPAS.com - Pasukan bersenjata berat Sri Lanka, Rabu, mengepung hotel yang jadi markas pesaing utama kandidat presiden negara itu, mantan panglima militer Sarath Fonseka.

Seorang jurubicara militer, Brigjen Udaya Nanayakkara, mengatakan pasukan dikerahkan setelah ada informasi bahwa para personel militer yang meninggalkan tugas berada di antara sekitar 400 orang di hotel mewah yang menghadap danau di Kolombo tengah itu. "Kami mengepung hotel itu. Kami telah mengirim pesan untuk meminta mereka menyerah," kata Nanayakkara. "Mereka tidak keluar."

Sekitar 80 tentara dengan senapan mesin, serta polisi dan pasukan paramiliter, berjaga-jaga  di depan hotel, persis di luar pagar utama.

Nanayakkara mengatakan, mereka tidak menargetkan Fonseka, seorang jenderal bintang empat yang  bersaing ketat dalam pemilihan presiden, Selasa. Ia bertarung menghadapi mantan bossnya, Presiden Mahinda Rajapakse. "Kami tahu Jenderal Fonseka berada di hotel itu, tetapi sasaran kami adalah tentara yang meninggalkan tugas militer yang mungkin membawa senjata," kata Nanayakkara.

Pemerintah sebelumnya menuduh Fonseka menggunakan satu unit milisi pribadi yang terdiri dari para desertir angkatan darat. Namun tuduhan tersebut dibantah pihak Fonseka.

Kelompok-kelompok kecil tentara berjaga-jaga di jalan masuk sementara yang lainnya berada di sepanjang jalan di depan hotel itu. Sebuah truk yang membawa pasukan di parkir dekat  lokasi itu.

Mobil-mobil diperiksa dan keamanan diperketat, walaupun para tamu hotel masih dapat ke luar dan masuk secara bebas.

Fonseka sebagai panglima angkatan darat bersama Rajapakse sebagai panglima militer telah berhasil mengalahkan pemberontak Macan Tamil Mei tahun lalu dan mengakhiri konflik separatis selama 37 tahun  yang menewaskan 80.000 sampai 100.000 orang.  Operasi militer membuat kedua pemimpin itu dianggap sebagai pahlawan-pahlawan nasional di mata  pemilih yang mayoritas adalah etnik Sinhala tetapi kemudian ternoda  karena dituduh terlibat kejahatan perang. Sekitar 300.000 warga Tamil  ditempatkan dalam kamp-kamp.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com