Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Anak-anak Itu Jadi Budak Seks

Kompas.com - 29/10/2009, 15:53 WIB

KABUL, KOMPAS.com — Seorang bocah laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan dan ber-make up tebal tengah menari di hadapan sekelompok pria. Gemerincing perhiasan yang ada di kakinya mengiringi gerakannya. Ia seolah menjelma menjadi perempuan sejati dengan menyuguhkan tarian sensual. Toh, ia melakukan semua gerakan tersebut untuk memuaskan majikan ataupun tamu majikannya.

Ya, bocah tersebut hanyalah satu di antara bocah-bocah di Afganistan yang dipaksa melakukan tradisi bawah tanah bacha bazi. Anak-anak laki-laki yang diambil dari keluarganya itu dipaksa menari dan menjadi budak seks kaum pria berduit. Hingga saat ini jumlah anak laki-laki yang terlibat dalam bacha bazi masih belum diketahui. Maklum saja, praktik ini telah berlangsung ratusan tahun di negara yang terus dilanda konflik dan perang.

“Hal itu tidak bisa diterima di masyarakat dan ilegal,” sesal Mohammad Musa Mahmodi, dari Afghan Independent Human Rights Comission, seperti dikutip CNN, Rabu (28/10). Organisasi tersebut merupakan satu di antara organisasi di Afganistan yang menyerukan untuk mengakhiri bacha bazi.

Meski dalam agama Islam bacha bazi dilarang, tak ada yang bisa menghentikan praktik tersebut. “Praktik ini terus berlangsung karena buruknya budaya dan minimnya hukuman untuk hal tersebut,” imbuh Mahmodi.

Seperti yang dilakukan dua orang remaja laki-laki bernama Farhad (19) dan Jamel (20). Keduanya telah terjerumus dalam bacha bazi sejak lima tahun lalu. Farhad masih berusia 13 tahun ketika tetangganya, seorang pria dewasa, menjebaknya di dalam rumah. Ia disuguhi video seks lalu dinodai. Setelah kejadian brutal tersebut, Farhad dibawa ke lokasi lain, di mana ia disekap dan dipakai sebagai budak seks selama lima bulan. Meski pengalaman bersama tetangganya buruk, Farhad memilih tinggal bersamanya. “Saya telah dipakai olehnya. Kadang ia membawa saya ke pesta atau tempat lain. Saya selalu bersamanya,” ujar Farhad.

Sementara Jamel, rekan dan partner menari Farhad, dikenal sebagai bacha bereesh atau bocah laki-laki tanpa jenggot. Pria yang telah menikah ini menjadi "simpanan" seorang tuan tanah. Ia mengaku, satu-satunya alasan untuk tetap melanjutkan menari adalah untuk memenuhi kebutuhan bagi adik-adiknya.

“Saya membiayai adik-adik sekolah, membelikannya baju ataupun makanan. Setiap uang yang saya kumpulkan untuk keluarga. Saya sebenarnya tak ingin menjadi seperti ini,” kata Jamel.

Toh tak hanya menari di hadapan tuan tanah, mereka juga harus menghadapi bahaya lain ketika pulang "kerja". Tak jarang mereka dirampok, dipukuli anggota geng ataupun diperkosa di jalanan. Meski ketakutan terus membayangi keduanya, mereka tetap memilih menjadi bacha bazi untuk mendapatkan uang sebesar Rp 300.000 setiap kali tampil. cnn/tis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com