Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amerika Latin Kecam Rencana Pangkalan AS di Kolombia

Kompas.com - 29/08/2009, 18:16 WIB

BARILOCHE, KOMPAS.com - Para kepala negara dari Amerika Selatan, dalam sebuah KTT, Jumat, mengecam rencana penyewaan sejumlah pangkalan Kolombia oleh Amerika Serikat (AS). Mereka juga mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan adanya ’pasukan militer asing’ yang mengancam kedaulatan nasional mereka.

Pertemuan yang diselenggarakan di kota pegunungan Argentina, Bariloche, itu mendengarkan kekhawatiran dari pemimpin Venezuela, Hugo Chavez, dan sekutu sayap kirinya bahwa pangkalan tersebut adalah bagian dari strategi AS untuk bertindak bebas di Amerika Latin, dan mungkin terhadap negaranya yang kaya minyak. Deklarasi akhir KTT memperingatkan bahwa pasukan militer asing seharusnya tidak menjadi ancaman kedaulatan dan integritas negara Amerika Selatan, dan berdampak bagi stabilitas dan perdamaian regional.

Pernyataan itu dengan sengaja menghindari penyebutan langsung kepada militer AS dan Venezuela. Sebanyak 12 presiden yang hadir dalam KTT menandatangani naskah itu, termasuk Presiden Kolombia Alvaro Uribe. Namun pernyataan tersebut mencerminkan permintaan keras Brazil, Chile dan Argentina, bahwa pernyataan menjamin aset-aset militer dan personil AS di Kolombia tidak digunakan untuk keperluan lain selain misi yang mereka tetapkan, yakini memerangi para penyelundup obat bius dan pemberontak Kolombia.

Sekitar 300 tentara AS kini ditempatkan di pangkalan-pangkalan di Kolombia untuk membantu memerangi penyelundupan obat bius, berdasarkan kerja sama bilateral bertajuk ’Rencana Kolombia’. Namun perjanjian terbaru mengizinkan perluasan pasukan menjadi 800 tentara AS dan 600 petugas sipil, dan ini memicu krisis regional yang menggiring diselenggarakannya KTT luar biasa Serikat Negara-negara Amerika Selatan (Unasur), Jumat.

Dengan demikian maka upaya yang dilakukan Presiden Bolivia, Evo Morales, untuk menandatangani pernyataan lainnya, yang menolak rencana pangkalan, gagal. "Selama ada seragam asing di negara Amerika Selatan, sulit bagi kami untuk bisa menegakkan perdamaian," kata Morales kepada KTT.

Kesepakatan yang akan memberikan akses militer AS kepada tujuh pangkalan di Kolombia diduga sebagai mobilitas untuk melakukan perang. "Strategi global AS untuk mendominasi menjelaskan bahwa instalasi pangkalan ini ada di Kolombia," kata Chaves seraya mengacungkan sebuah dokumen yang dia katakan adalah dokumen strategi angkatan udara AS.

Di Washington, seorang juru bicara Pentagon mengatakan, dukumen berjudul Buku Putih Komando Mobilitas Udara: Strategi Perjalanan Global itu hanyalah dokumen yang bersifat akademis. Sebuah salinan dokumen tersebut yang diperoleh AFP menyebutkan, kemungkinan pangkalan udara angkatan udara AS di Amerika Latin dipertimbangkan penggunaannya, namun tergantung pada geografi dan keadaan politik.

Chavez, yang belum lama membeli jet-jet tempur canggih dan tank-tank seharga lebih dari empat miliar dolar dari sekutu militer Rusia, mengatakan bahwa meningkatnya kehadiran militer AS di Kolombia bisa berarti bertiupnya ’angin perang.’

Uribe, menanggapi beberapa kecaman pada KTT itu dengan mengatakan, "Tidak akan menyerahkan satu milimeter pun kedaulatannya dalam kesepakatan pangkalan itu." Dia menegaskan bahwa berdasarkan rancangan sewa pangkalan itu, semua fasilitas akan berada di bawah pengawasan pemerintah Kolombia.

Dalam pertemuan itu, Uribe tampak terkucil, bahkan dengan Presiden Peru, Alan Garcia, yang mendukungnya dalam masalah itu. "Jika AS akhirnya menempatkan pesawat siluman dan radar-radar di Kolombia, saya tidak akan menandatangani dan menolak dokumen pangkalan tersebut," kata Garcia.

"Tapi jika perjanjian yang dicapai menegaskan daerah Kolombia (yang menjadi subyek kegiatan militer AS), saya tidak melihat adanya ancaman," katanya.

Pertemuan itu merupakan satu kesempatan bagi Unasur untuk membahas krisis regional pertamanya, sejak organisasi itu ditandatangani kesepakatannya tahun lalu. Beberapa pemimpin menggunakan KTT untuk menyerukan mekanisme formal dalam memecahkan krisis-krisis di masa depan. Mereka juga menandaskan keinginan untuk berkomunikasi dengan Presiden AS Barack Obama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com