Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Lebih Terjal bagi Obama

Kompas.com - 05/11/2012, 07:51 WIB

KOMPAS.com — Dibandingkan para presiden Amerika Serikat lainnya, Barack Obama memiliki latar belakang keluarga yang unik. Obama merupakan putra dari Ann Dunham, perempuan berkulit putih asal Kansas, AS, dengan Barack Obama, Sr, mahasiswa Kenya yang kuliah di University of Hawaii.

Ketika Obama baru berusia dua tahun, sang ayah meninggalkan keluarga kecil itu. Setelah orangtuanya bercerai, Obama baru sekali bertemu kembali dengan sang ayah, ketika Obama senior berkunjung ke Hawaii.

Ketika Obama berusia enam tahun, ibunya menikah lagi dengan Lolo Soetoro, seorang pria Indonesia, yang kemudian membawa Obama dan ibunya tinggal di Jakarta.

Tinggal di ibu kota Indonesia selama sekitar tiga tahun, bocah yang biasa dipanggil "Barry" itu pun kembali ke Hawaii. Di sana, Obama praktis dibesarkan oleh kakek dan neneknya dari pihak ibu.

Selepas sekolah menengah di Hawaii, Obama terbang ke daratan Amerika dan kuliah di Columbia University di New York. Obama lulus dari Columbia University pada 1983 dan kemudian menjadi community organizer di Chicago. Pada 1991 dia melanjutkan pendidikan Harvard Law School dan menjadi warga keturunan Afrika-Amerika yang menjabat sebagai presiden kajian hukum perguruan tinggi bergengsi tersebut.

Ketika bekerja di sebuah firma hukum di Chicago, Obama bertemu dengan Michelle Robinson. Pasangan itu menikah pada 1992 dan memiliki dua putri, Malia yang kini berusia 14 tahun dan Sasha, 11 tahun.

Lulus dari Harvard, Obama kembali ke Chicago dan aktif memperjuangkan hak-hak sipil dan sering menjadi penasihat hukum bagi korban diskriminasi. Dia kemudian menjadi dosen di fakultas hukum di University of Chicago.

Pada 1995, Obama menerbitkan buku pertamanya, Dreams from My Father, dan pada tahun berikutnya dia terpilih menjadi senator negara bagian Illinois.

Pengalaman diragukan

Sebagai senator negara bagian, Obama menyatakan penolakannya terhadap pengiriman pasukan AS ke Irak. Sejak itu, popularitas Obama terus menanjak, dan tak terbendung lagi ketika dia terpilih menjadi Senator AS pada 2004.

Sejak pidatonya di Konvensi Partai Demokat tentang pentingnya kemandirian, aspirasi, dan persatuan nasional, Obama menjadi salah satu politisi elite di Washington.

Baru dua tahun menjadi senator di Capitol Hill, Obama mulai mencanangkan pencalonannya sebagai presiden pada Februari 2007. Sebagai senator muda dan baru, Obama banyak diragukan lawan-lawannya. Mereka menyebutnya masih terlalu hijau.

Sosok dan idenya yang segar memikat jutaan kaum liberal, khususnya kaum muda, yang menginginkan sesuatu yang baru di Washington setelah dua kali masa pemerintahan George W Bush.

Dalam perebutan tiket pencalonan Partai Demokrat, Obama berhasil mengalahkan sejumlah politisi berpengalaman, termasuk Hillary Clinton.

Pada pemungutan suara yang diselenggarakan pada 4 November 2008, Obama mengalahkan koleganya di Senat AS, John McCain, veteran perang Vietnam dan sosok yang dianggap sebagai pahlawan Amerika, yang diusung Partai Republik.

Pada pilpres kali ini, Obama harus menghadapi calon dari Partai Republik, Mitt Romney. Perjalanannya kali ini agak terjal karena perbaikan ekonomi yang dijanjikan Obama belum sesuai harapan rakyat Amerika. Penampilannya pada debat capres pertama yang tidak meyakinkan melambungkan Romney yang tampil lebih percaya diri.

Kampanye Obama sempat terhenti selama beberapa hari karena terjangan badai Sandy di wilayah Pantai Timur negara itu. Meskipun demikian, Obama sigap dalam memimpin penanganan pascabencana.

Kepemimpinan Obama bahkan mendapat pujian dari Gubernur New Jersey, Chris Christy, yang wilayahnya paling parah terkena badai Sandy. Padahal, Cristy adalah salah satu juru kampanye Romney dan harapan Partai Republik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com