Melanggar ”garis merah” berarti bahwa opsi intervensi militer oleh AS bisa terjadi. Meski demikian, Obama masih bersikap hati-hati.
Berbicara setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan di Washington DC, AS, Kamis (16/5), Obama menegaskan, penting untuk mendapatkan detail yang lebih spesifik terkait dugaan serangan senjata kimia.
Sebelumnya, penduduk sebuah kota di Suriah utara mengatakan kepada BBC bahwa pasukan rezim Assad telah menjatuhkan sejumlah tabung gas beracun dari helikopter dalam sebuah serangan.
Rezim Assad sudah berkali-kali menolak tuduhan serupa. Andai tuduhan itu benar, belum jelas juga mengapa rezim yang memiliki senjata lengkap itu justru menggunakan senjata kimia yang jelas-jelas akan melanggar hukum internasional.
Tudingan gencar penggunaan senjata kimia oleh rezim Damaskus terjadi sejak serangan ke sejumlah tempat di Suriah, beberapa bulan terakhir.
Warga Sarageb, Aleppo, mengatakan, gas beracun digunakan militer dalam serangan di kota itu, 29 April. Dokter di rumah sakit lokal juga mengisyaratkan hal serupa.
Bulan lalu Obama telah memperingatkan Assad bahwa penggunaan senjata pemusnah massal tersebut akan menjadi ”garis merah”.
Jika Assad melanggar garis itu, terbuka pula kemungkinan bagi AS melakukan intervensi militer ke Suriah.
Obama mengulangi lagi pernyataannya itu, Kamis. Ia menambahkan, semua opsi diplomatik dan militer masih terbuka dilakukan dalam menyikapi perang saudara di Suriah jika rezim Assad terbukti telah menggunakan senjata kimia itu.
”Militer kami terus berbagi informasi. Kami telah melihat bukti penggunaan senjata kimia
”Senjata-senjata itu mengancam keamanan kami dalam jangka panjang, dan juga mengancam sekutu, teman-teman, dan tetangga kami,” ujar Obama.
Sebelumnya, Erdogan juga mengatakan telah menemukan bukti penggunaan senjata kimia di Suriah. Dia dan Obama melanjutkan pembicaraan terkait dengan perkembangan terbaru di Suriah.
Sementara itu, media AS melaporkan, Rusia telah mengirimkan rudal-rudal canggih ke Suriah. Pengiriman senjata canggih itu merupakan bagian dari perjanjian jual beli persenjataan antara Rusia dan Suriah pada tahun 2007.
Mengutip penjelasan pejabat AS yang tak disebutkan namanya, surat kabar The New York Times mengatakan, rudal antikapal Yakhont yang dikirim Rusia itu bisa dipakai untuk menghadapi potensi intervensi militer asing ke Suriah.
Tanpa memerinci, Kementerian Luar Negeri Rusia hanya mengatakan, pengiriman dari Rusia itu tidak melanggar hukum internasional.
Rusia adalah satu dari sedikit sekutu Suriah dan pemasok utama senjata bagi rezim Assad.(BBC/AFP/CAL)