Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagian Korban Marah

Kompas.com - 23/04/2013, 02:34 WIB

Namun, meningkatnya kemarahan di kalangan sebagian korban gempa menegaskan tantangan yang dihadapi pemerintah. Ini ditambah kenyataan bahwa Sichuan masih menanggung beban pemulihan pascagempa bermagnitudo 7,9 pada tahun 2008 yang menewaskan sekitar 90.000 orang.

Tian Kuanqian memeriksa retakan di bagian atas rumahnya. Dua hari terakhir, petani berusia 40 tahun itu menyaksikan kendaraan-kendaraan darurat melewati desanya yang hancur tanpa satu pun yang berhenti menurunkan bantuan. ”Kalau mereka terus mengabaikan kami seolah kami ini tidak berarti, kami tidak punya pilihan selain protes,” katanya.

Menurut Tian, tak satu petugas pun mengirim air minum atau mi instan untuk para korban di desanya. Ia juga mengharapkan bantuan tenda-tenda darurat.

Seorang petugas kepolisian di Chaoyang yang berusaha meredam para demonstran mengatakan, pihak berwenang sedang melakukan semua upaya.

Di beberapa tempat, jalan-jalan yang tertutup untuk lalu lintas nondarurat telah mampat oleh semua jenis kendaraan pemerintah.

Di jalan ke arah Baoxing, sebuah area yang rusak parah sekitar 40 kilometer dari Lushan, ambulans, kendaraan pembawa pasukan, kendaraan konstruksi, dan bus petugas bantuan menghalangi kedua jalur jalan. Akses hanya mungkin dengan berjalan kaki atau bersepeda motor.

Prakiraan turunnya hujan di area bencana hari Senin meningkatkan kekhawatiran akan longsor.

”Saya tidak berani pergi ke mana pun dekat lereng gunung,” kata seorang perempuan bernama Zhu yang baru tiba dari Desa Baoxing.

Suara ambulans yang terus- menerus menuju Rumah Sakit Rakyat Lushan mengingatkan bahwa korban akibat gempa itu terus bertambah.

Sebagian Lushan dan kota-kota lain telah diubah menjadi tempat perlindungan darurat bagi warga yang rumahnya rusak atau hancur atau yang terlalu takut tinggal di dalam rumah. Lebih dari 2.000 gempa susulan terjadi sejak gempa pertama terjadi.

Perdana Menteri Li Keqiang meninggalkan zona gempa hari Minggu, menurut media pemerintah, setelah bergegas ke sana hari Sabtu. (AP/Reuters/AFP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com