Kepala Pusat Vulkanologi, Mitigasi, Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan, kawasan tersebut merupakan wilayah yang berpotensi tinggi terjadi musibah tanah longsor. ”Jenis tanah di atas itu menyerap air dan yang di bawah kedap air. Hal itu justru mengakibatkan luncuran air yang sangat deras karena di bawah keras dan di atasnya gembur,” ujarnya, saat meninjau lokasi longsor, Senin.
Menurut dia, meskipun kawasan itu telah dihutankan kembali, tak berarti kawasan tersebut akan bebas dari longsor. ”Sebab, kondisi tanahnya memang sudah seperti itu. Namun, dengan penghutanan kembali, bahaya longsor akan sedikit terkurangi,” ucapnya,
Adapun pencarian korban tanah longsor yang terjadi Senin pukul 05.30 itu masih dilakukan. Sebanyak 10 orang ditemukan tewas di antara timbunan material tanah dan 7 orang lainnya masih terus dicari.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Udjawalaprana Sigit, akibat sulitnya akses masuk ke lokasi longsor, tim dari BPBD terkendala untuk mengirimkan bantuan alat-alat berat. ”Kami sedang mengusahakan memasukkan alat berat yang ukuran kecil ke lokasi,” katanya.
Untuk mencari korban yang masih tertimbun, BPBD akan meminta bantuan polisi untuk mengerahkan anjing pelacak.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, yang berkunjung ke lokasi pada sore harinya, mengatakan, logistik untuk penanggulanan bencana dinyatakan aman. ”Dananya diambil dari pos kebencanaan, yang tiap tahunnya dianggarkan Rp 73 miliar, termasuk untuk relokasi kawasan yang rusak. Namun, untuk penganggarannya harus dibicarakan bersama Bupati Bandung Barat,” ujarnya.
Longsor yang terjadi di Kampung Nagrog sebenarnya terjadi akibat hujan deras yang turun sejak malam
di kampung yang berada di bawah perbukitan tersebut.