Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan Myanmar Meluas

Kompas.com - 26/03/2013, 02:58 WIB

YANGON, SENIN - Penetapan status darurat dan pengerahan militer oleh Presiden Myanmar Thein Sein ternyata tak sepenuhnya mampu meredakan ketegangan akibat kerusuhan sektarian yang pecah sejak pekan lalu di Meiktila, Myanmar tengah. Kerusuhan komunal itu justru meluas ke kota lain.

Sepanjang akhir pekan lalu, kerusuhan meluas ke setidaknya tiga kota di sekitar Meiktila. Kerusuhan bahkan diyakini terus bergerak ke arah selatan, mendekati ibu kota Myanmar, Naypyidaw.

Hingga Senin (25/3), jumlah korban tewas akibat rangkaian kerusuhan itu telah mencapai 32 orang. Aparat keamanan telah menangkap 35 orang yang diduga menyulut atau terlibat dalam kerusuhan.

Selain korban tewas, kekacauan yang terjadi sepanjang pekan lalu juga mengakibatkan banyak bangunan rumah dan tempat ibadah musnah terbakar.

Sekitar 10.000 warga juga terpaksa mengungsi menyelamatkan diri.

Menurut laporan saksi mata, aksi serangan lanjutan terjadi Minggu malam. Sekitar 20 orang tak dikenal melempari sebuah rumah ibadah di kota Tatkone, sekitar 80 kilometer sebelah selatan Meiktila.

Sejumlah saksi mata meyakini, para pelaku bukan berasal dari kawasan itu. Puluhan perusuh itu kabur ketika aparat militer melepaskan tembakan.

Sehari sebelumnya, segerombolan orang dilaporkan juga menyerang dan membakar satu rumah ibadah serta 50 rumah penduduk warga di kota Yamethin.

Serangan serupa juga dilaporkan terjadi di kota Lewei, di sebelah selatan Meiktila.

Pelaku belum jelas

Hingga saat ini, aparat keamanan belum bisa memastikan orang-orang yang berada di balik gelombang kerusuhan berdarah tersebut. Akibatnya, warga dilanda ketakutan lantaran rumor dan kabar simpang siur semakin merebak.

Kecemasan bahkan sampai dirasakan warga di pusat kota Yangon, yang jaraknya 500 kilometer dari Meiktila.

Sejumlah kawasan perbelanjaan dan pertokoan di Yangon, seperti di Yuzana Plaza dan di kawasan Mingalartaungnyunt di pinggiran timur kota Yangon, ditutup lebih awal akibat isu pembakaran yang merebak.

Walau situasi dikabarkan masih tenang, aparat kepolisian tetap dikerahkan ke lokasi-lokasi tersebut demi membantu menenangkan situasi. Kerusuhan berdarah sektarian di Myanmar bukanlah hal baru.

Tahun lalu, negeri yang baru mulai membuka diri itu juga diguncang oleh sejumlah aksi kerusuhan berdarah yang menewaskan ratusan orang.

Kebanyakan para korban adalah warga minoritas Rohingya, yang sejak lama mengalami diskriminasi dan bahkan tak diakui statusnya sebagai warga negara oleh pemerintah,

Akibat dua kali kerusuhan besar tahun lalu, itu, ratusan ribu warga Rohingya terpaksa mengungsi. Tidak sedikit dari mereka yang lari menyelamatkan diri ke sejumlah negara tetangga, seperti Banglades, Thailand, Malaysia, dan Indonesia.

Sejumlah pakar menilai isu rasisme memang masih menjadi masalah serius di Myanmar.

”Jika tujuan akhir nasional Myanmar adalah sebuah negeri demokratis, mereka harus bisa menempatkan semua warganya secara setara. Namun, itu sepertinya bukan hal mudah,” ujar Della-Giacoma dari International Crisis Group.

Pemerintah Myanmar memperingatkan, gelombang kekerasan ini bisa menghalangi reformasi. (AP/AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com