Rusia dan China juga seiring sejalan dalam forum PBB untuk menentang dominasi AS, seperti isu invasi Irak, isu nuklir Iran, dan kini isu Suriah. Putin menekankan, kedua negara ingin dunia yang lebih adil.
Ada persamaan yang dimiliki dua negara ini. China selalu dicekal AS dalam berbagai isu. Dengan Jepang, China tidak cocok. India juga selalu curiga pada China. Rusia menghadapi masalah hegemoni dengan Asia Selatan dan Eropa Timur karena pengaruh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan AS.
Dmitry Trenin, Ketua Carnegie Moscow Centre, di Moskwa, mengatakan, China menemukan Rusia sebagai padanan yang pas.
”Karena itu, kedua negara ini akan memberi dunia sinyal tentang sebuah hubungan yang baik dan kuat,” kata Trenin.
Meski demikian, di kalangan akar rumput masih terjadi ketidaksukaan dalam hubungan bilateral. Hal itu terungkap saat Kedutaan Besar Rusia di Beijing mencoba membuka situs mikroblog yang menampung opini warga China terkait hubungan kedua negara.
Menurut kantor berita Agence France-Presse (AFP), komentar yang masuk mayoritas negatif. ”Ambil kembali komunismu karena kau sendiri bahkan tidak mempercayainya,” demikian tulisan dari seorang bernama Xuyang.
”Punahlah dengan partai jahat! Punahlah dengan setan merah! Punahlah dengan sekte!” demikian sambutan lain.
Komentar lain menuntut agar Rusia mengembalikan Manchuria Luar, yang dicaplok Kekaisaran Rusia lewat Traktat Peking pada pertengahan abad ke-19. Negara ini juga terlibat perang perbatasan pada tahun 1969. Pihak Kedutaan Besar Rusia tidak bersedia mengomentari itu.(REUTERS/AP/AFP/MON)