Banyak pilihan karier dalam hidup Meylani. Ia mulanya menyukai atletik. Ketika masih yunior, ia kerap mewakili Sulut ke kejuaraan nasional. Akan tetapi, saingan banyak dan ia sulit menggapai pelatnas.
Meylani memutuskan untuk menekuni sekolah. Lulus sarjana Pendidikan Kepelatihan Unima, ia mengambil S-2 karena ingin menjadi dosen. Untuk sementara, ia kini menjadi guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan honorer di SMP dan SMA swasta di Tondano. Bayarannya Rp 12.500 per jam.
Menjadi wasit voli adalah pilihan lain. ”Ada mata kuliah voli indoor dan voli pantai. Mulanya tertarik pada kepelatihan. Lalu dosen saya, Pak Yan Lengkong, mengenalkan saya mengenai perwasitan,” ujarnya.
Tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah kursus wasit internasional. Meylani mendapat rekomendasi dari PBVSI untuk mengikutinya. Apalagi, Federasi Bola Voli Internasional (FIVB) gencar memberi kursus bagi wasit perempuan.
FIVB berencana meningkatkan jumlah wasit perempuan. Saat ini ada 96 wasit internasional dan 47 kandidat wasit internasional perempuan. Jumlah itu sangat kurang dibandingkan dengan wasit laki-laki yang berjumlah 1.200 orang.