Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Berjuang Keras Atasi Polusi

Kompas.com - 14/03/2013, 02:51 WIB

Asap pekat membuat jarak pandang dari mobil Zhao Jian hanya 2 meter, ketika dia mengendarai mobil di Xingtai, kota dengan tingkat polusi tertinggi di China.

”Tidak ada yang dapat dilakukan,” ujar Zhao, Rabu (13/3).

Saat ini, para pemimpin China sedang berkumpul di Beijing dalam pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional (KRN) China. Mereka berjanji akan melakukan langkah nyata dalam mengatasi polusi. Makin lama, publik makin marah dengan lambannya penanganan polusi oleh pemerintah.

Level partikel polutan di udara Beijing hampir mencapai 40 kali ambang batas atas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Polusi ini memicu pertentangan antara kegiatan perekonomian dan pengorbanan kesehatan manusia.

”Keadaan lingkungan memengaruhi tingkat kesejahteraan rakyat juga anak cucu serta masa depan bangsa kita,” ujar Perdana Menteri Wen Jiabao pada pidatonya di KRN. ”Kita harus dapat memecahkan persoalan polusi serius pada udara, air, dan tanah yang memengaruhi hajat hidup orang banyak,” ucapnya.

Polusi udara setidaknya menyebabkan 8.572 kematian prematur di empat kota terbesar di China tahun lalu. Selain itu, ada juga kerugian ekonomi sebesar 6,8 miliar yuan atau sekitar Rp 10,6 triliun, menurut kajian dari Universitas Peking dan Greenpeace yang dipublikasikan pada Desember lalu. Para analis menyatakan, tanpa ada ada langkah penanggulangan serius, ketidakstabilan sosial akan terjadi.

Para penjaga toko di Xingtai tidak sulit menunjuk dari mana asalnya asap pekat tersebut. ”Itu adalah asap belerang dari pabrik baja,” ujar Zhang Shouxiang (65). ”Perusahaan besar tidak mau mengeluarkan uang untuk membersihkan asap itu,” tuturnya. Sebagian besar pabrik baja tersebut merupakan milik negara.

Hampir setengah dari emisi China datang dari pembakaran batubara. Sisanya polusi dari pembakaran kendaraan dan konstruksi. Tiga provinsi di sekitar Xingtai, yang terletak 350 kilometer selatan Beijing, membakar sekitar 400 juta ton batubara tahun lalu. Jumlah itu setara dengan separuh dari total konsumsi batubara tahunan di Amerika Serikat.

Tidak berdaya

Para ahli sepakat, langkah mengatasi polusi akan mengurangi ketergantungan China pada batubara. Namun kecenderungannya, penggunaan batubara justru meningkat. ”Kami tak melihat kebijakan saat ini akan menurunkan konsumsi batubara,” ucap hasil kajian Deutsche Bank.

Penduduk setempat menyatakan, langkah untuk menurunkan polusi udara tak dapat dilakukan maksimal karena ada penyuapan. ”Anda memberi pemerintah uang dan mereka tidak melakukan apa pun,” ujar Zhang.

Ketika para pemimpin China berulang-ulang menyatakan pentingnya membersihkan polusi, tanggung jawab mengurangi emisi berada di pemerintah daerah. ”Kami harus mengimplementasikan kebijakan pengurangan polusi, tetapi kami terlalu lemah,” ujar seorang pejabat di Xingtai yang tak mau disebut namanya.

Pekan ini, Shanghai juga dihebohkan dengan pencemaran dalam bentuk lain. Sungai Huangpu yang menjadi salah satu sumber air minum penduduk setempat dipenuhi bangkai babi.(AP/AFP/Reuters/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com