Seperti dikabarkan media Pemerintah Korut, KCNA, Minggu (3/2), dalam pidatonya di sidang tingkat tinggi Komisi Militer Pusat, Jong Un menyebut garis panduan tentang pentingnya ”membela keamanan dan kedaulatan negara”.
Dalam pidatonya itu, Jong Un juga menyebut soal ”perubahan besar” dalam kemampuan militer negeri itu. Hal ini oleh banyak kalangan dikaitkan dengan kemungkinan kelanjutan rencana negeri itu menggelar uji coba nuklir yang ketiga.
Sidang tingkat tinggi yang digelar Partai Pekerja yang berkuasa dihadiri Panglima Angkatan Bersenjata Korut, Komisi Pertahanan Nasional, dan penanggung jawab industri roket strategis.
Indikasi terakhir ini membuat Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak memerintahkan jajarannya untuk selalu ”bersiap sedia” menghadapi kemungkinan uji coba nuklir Korut.
Utusan khusus Pemerintah Korsel untuk masalah nuklir, Lim Sung-nam, kini berada di Beijing, China, untuk membahas cara bersama menghalangi niat Korut itu.
Dari hasil pencitraan satelit, sejumlah aktivitas tak biasa terpantau di Punggye-ri, lokasi uji coba nuklir di timur laut Korut. Pemerintah Korut juga diketahui menutup pintu masuk ke terowongan tempat uji coba nuklir untuk menghalangi pantauan satelit.
Situasi di Semenanjung Korea semakin panas dengan jadwal latihan perang laut bersama Korsel dan Amerika Serikat, pekan depan. Latihan ini juga akan melibatkan kapal AS.
Latihan perang di lepas pantai Semenanjung Korea ini mengundang kritik pedas Korut, yang menganggap hal ini hanya siasat kedua negara untuk menyerang Korut. Tuduhan itu dibantah Korsel, yang mengatakan rencana latihan perang tersebut direncanakan sejak lama, jauh sebelum Korut berencana melanjutkan uji coba nuklir. Korsel juga membantah berniat menyerang Korut.
Hingga kini, jadwal uji coba nuklir ketiga Korut belum dipastikan. Dua uji coba nuklir sebelumnya dilakukan tahun 2006 dan 2009, yang mengundang sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Beberapa analis memperkirakan, Korut akan menggelar uji coba itu sebelum Tahun Baru China pada 10 Februari.