bamako, kamis
Para pejuang kelompok separatis Tuareg terhimpun di dalam wadah Gerakan Nasional untuk Pembebasan Azawad (MNLA). ”Hari ini, satu-satunya kelompok yang kami pikir bisa bernegosiasi hanyalah MNLA. Namun, tentu saja dengan satu syarat, yakni MNLA mengesampingkan setiap pretensi untuk mengklaim sebuah teritori,” kata Traore kepada radio RFI, Perancis.
Para pejuang suku Tuareg memulai pemberontakan di Mali utara tahun lalu, yang kemudian diambil alih milisi bersenjata Ansar Dine. Milisi kemudian bergerilya mencaplok dua pertiga wilayah utara, tidak lama setelah kudeta militer terhadap Presiden Amadou Toumani Toure, 22 April 2012.
Intervensi militer Perancis untuk membantu Bamako, yang telah berjalan tiga pekan sejak 11 Januari lalu, berhasil mematahkan pertahanan milisi garis keras yang telah bercokol selama 10 bulan di Mali utara. MNLA, pekan ini, mengatakan, mereka telah menguasai Kidal, kota terakhir yang dikuasi milisi Ansar Dine. Kota itu dikuasi Mali lagi berkat bantuan militer Perancis.
Traore sebenarnya tidak terlalu keras juga menghadapi Ansar Dine. ”Bagi Ansar Dine, saya pikir satu-satunya solusi bagi mereka ialah agar secara resmi mengumumkan menolak penerapan syariah,” kata Traore.
Ketika ditanya tentang keberadaan Iyad Ag Ghali, pemimpin Ansar Dine, Traore, mengatakan, Ghali telah dipukul mundur ke Pegunungan Tirarar, dekat perbatasan dengan Aljazair.
Selama 10 bulan ini, Ansar Dine menguasi tiga kota provinsi paling strategis di Mali utara, yakni Gao, Kidal, dan Timbuktu. Menhan Perancis Jean-Yves Le Drian, Kamis, mengatakan, operasi militer Mali dan Perancis dalam tiga pekan ini berhasil merebut kembali kota- kota itu.
Namun, Le Drian menambahkan, tidak berarti tugas militer dan pertempuran sudah berakhir. Dia mengatakan, pasukan Perancis tidak bermaksud untuk bertahan di Mali, tetapi ”belum saatnya untuk ditarik”.
Juru bicara militer Mali, Modibo Traore, mengatakan, empat tentara Mali tewas dan lima lainnya terluka setelah kendaraan mereka melintasi ranjau darat di Mali timur. Insiden itu terjadi pada Rabu petang di kota Gossi, yang terletak antara Hombori dan Gao, dua kota yang sebelumnya dikuasai Ansar Dine.