Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diplomasi Krisis Suriah

Kompas.com - 11/01/2013, 02:47 WIB

Dalam konteks krisis Suriah, pemerintah tidak akan mau berunding dengan pemberontak karena pemberontak dinilai ilegal. Namun, dengan adanya pengakuan dari 130 negara bahwa Koalisi Nasional Suriah adalah wakil sah rakyat Suriah, struktur hubungan pemerintah-pemberontak berubah. Pengakuan internasional ini menjadi kemenangan kaum pemberontak.

Dipindai dari praktik diplomasi, pengakuan tersebut sudah cukup untuk mengubah imbangan neraca politik antara pemerintah dan pemberontak. Dengan adanya pengakuan ini, status politik pemberontak, yang mulanya dianggap ilegal, menjadi berimbang vis-a-vis pemerintah.

Kedua, pengakuan dunia internasional terhadap Koalisi Nasional Suriah telah memberikan legitimasi politik bagi pemberontak. Dengan legitimasi seperti ini, pemberontak akan lebih mudah memperoleh akses bantuan internasional, baik bantuan kemanusiaan maupun senjata. Legitimasi ini secara politik mendorong Assad ke sudut isolasi pergaulan internasional.

Ketiga, dukungan Rusia ternyata bukanlah keniscayaan. Presiden Rusia Putin sudah mewanti-wanti, yang dilakukan Rusia di Suriah bukan untuk ”mempertahankan Assad, melainkan untuk menjaga stabilitas”. Dukungan Rusia kepada Assad tidak membuta-tuli. Ada kalkulasi politik di sana: jangan sampai Suriah pasca-Assad malah diwarnai konflik tak berujung. Isyarat bergesernya sikap Rusia ini harus dimaknai Assad bahwa dia harus siap berunding dengan pemberontak.

Keempat, apabila perang terus berlanjut, kedua pihak akan menghadapi situasi di mana kedua pihak merasa tidak dapat memenangi peperangan dan menemui jalan buntu yang menyakitkan (William Zartman, 2001). Situasi seperti itu akan mendorong pihak yang bertikai untuk berunding.

Terlalu dini untuk mengatakan situasi di Suriah sudah mencapai titik ini karena secara militer tentara Suriah jauh lebih unggul daripada pemberontak. Kendati demikian, satu hal yang jelas bagi Brahimi, dia harus mampu meyakinkan Rusia, Amerika dan sekutu Baratnya, serta rezim Assad dan pemberontak bahwa, ketika perang yang penuh kekerasan ini gagal menyelesaikan krisis, tiba waktunya untuk mengedepankan diplomasi: berunding menyelesaikan konflik.

Darmansjah Djumala Diplomat, Saat Ini Bertugas di Polandia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com