Garhi Khuda Bakhsh, Kamis
Benazir, yang dua kali terpilih sebagai PM Pakistan, tewas dalam serangan bunuh diri seusai kampanye politik di Rawalpindi, 27 Desember 2007.
Lebih dari 200.000 orang berkumpul di mausoleum keluarga Bhutto di Garhi Khuda Bakhsh di Provinsi Sindh, Pakistan selatan, untuk memberi penghormatan kepada Benazir dan mendengar pidato publik pertama Bilawal Bhutto Zardari, anak satu-satunya Benazir.
Bilawal bergabung dengan ratusan pejabat tinggi, termasuk ayahnya, Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, untuk memperingati kematian ibunya.
Dalam pidatonya, Bilawal, yang baru berusia 24 tahun, berjanji melanjutkan perjuangan bagi kaum miskin dan menentang ”kekuatan-kekuatan antidemokrasi”.
”Setiap tantangan telah bersimbah darah, tetapi kalian akan kalah, sebanyak apa pun Bhutto yang kalian bunuh, lebih banyak Bhutto akan muncul dari setiap rumah,” serunya berapi-api.
Berpidato di hadapan massa untuk pertama kalinya, yang disiarkan langsung oleh televisi, Bilawal melanjutkan, ”Bhutto bukanlah sekadar nama, itu adalah emosi dan cinta. Anda bisa merantai kaki kami ke tanah, tetapi kami akan tetap bergerak!”
Keluarga Bhutto sangat berpengaruh dalam politik Pakistan selama hampir 65 tahun sejarah negara itu. Ayah Benazir, Zulfikar Ali Bhutto, adalah pendiri Partai Rakyat Pakistan (PPP) dan memimpin negara itu dari tahun 1971 sampai digulingkan dalam kudeta militer tahun 1977. Dia dihukum gantung tahun 1979 setelah dinyatakan terbukti bersalah memerintahkan pembunuhan seorang lawan politik.
Titik balik
PM Pakistan Raja Pervez Ashraf mengatakan kepada para pendukung yang melambai-lambaikan bendera PPP bahwa Bilawal, yang bersekolah di Universitas Oxford, Inggris, itu, ”Akan membuktikan sebagai titik balik penting bagi demokrasi dan politik.”
Bilawal ditunjuk sebagai ketua partai setelah ibunya tewas, tetapi ayahnya ditunjuk sebagai ketua pendamping karena usianya yang masih sangat muda.
Presiden Zardari mengatakan, dia sangat bangga karena, ”Cucu Zulfikar Ali Bhutto dan putra Benazir Bhutto ada di antara kalian.” ”Dia telah menyelesaikan sekolah dan kini tiba waktunya untuk pelatihan politik. Dia harus banyak belajar dari rakyat Pakistan,” katanya.
Pengamanan acara itu sangat ketat. Helikopter pengawas berputar-putar di udara, dan lebih dari 15.000 polisi dan 500 pasukan paramiliter dikerahkan.
Di makam Benazir, perempuan-perempuan memukuli dada mereka dan menangis saat mereka menyentuh nisan sebagai tanda penghormatan dan menyerukan ”Hidup Bhutto” dan ”Bhutto hidup kemarin, Bhutto hidup hari ini”.
Pemilu di Pakistan dijadwalkan beberapa bulan lagi. Meski Bilawal masih belum memenuhi syarat usia minimum untuk maju sebagai calon anggota legislatif, dia diperkirakan akan menjadi penarik massa bagi PPP.(AFP/Reuters/DI)