Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debat Senjata Berkembang

Kompas.com - 19/12/2012, 05:19 WIB

Washington DC, Selasa - Debat mengenai pengawasan senjata api di Amerika Serikat mulai berkembang, Senin (17/12). Beberapa anggota Kongres tampak lebih terbuka terhadap pengetatan kontrol senjata setelah tragedi Newtown.

Tuntutan untuk kontrol senjata api yang lebih ketat meningkat setelah Presiden AS Barack Obama kepada kerabat 26 korban tewas dalam insiden penembakan massal di Newtown mengatakan, tragedi semacam itu ”harus diakhiri”. Hak warga negara untuk memiliki senjata api dijamin dalam konstitusi AS.

Ketua Mayoritas Senat dari Partai Demokrat Harry Reid, yang dikenal mendukung hak warga memiliki senjata api, mengatakan, anggota Kongres pekan ini akan memulai debat bagaimana ”mengubah undang- undang dan kebudayaan”. Reid tidak menyebut langsung apakah Kongres akan mempertimbangkan UU baru untuk melarang senapan serbu tertentu, seperti diusulkan Senator Demokrat Dianne Feinstein.

Terbuka

Joe Manchin (West Virginia) dan Mark Warner (Virginia), dua senator dari Partai Demokrat yang dikenal dekat dengan Asosiasi Senapan Nasional (NRA), kelompok lobi senjata api terkuat di Washington DC, mengatakan, mereka kini lebih terbuka dengan undang-undang yang mengatur senapan serbu seperti yang digunakan pelaku penembakan massal di Newtown itu.

Manchin, demokrat konservatif yang pernah menembak naskah RUU pemanasan global dalam sebuah iklan politik, mulai merasakan sebuah perubahan.

”Tak pernah sebelumnya kita melihat bayi-bayi kita dibantai,” katanya kepada MSNBC, menggambarkan fakta ribuan anak AS tewas dalam kekerasan senjata api. Aktivis berburu anggota NRA itu mengusulkan pembaruan larangan senapan serbu.

Adapun Mark Warner, salah seorang dari sedikit senator Partai Demokrat yang mendukung kelompok pro-senjata api, berubah sikap dan mendukung pembatasan senjata serang. ”Status quo tak lagi bisa diterima,” kata Warner.

Pemimpin Minoritas DPR AS Nancy Pelosi mengatakan, dia akan mendukung UU yang melarang pemilikan senapan serbu setelah sebelumnya menolak gagasan itu.

”Suara-suara nalar tidak bisa lagi dibungkam,” katanya di DPR AS, Senin malam. ”Melalui tindakan administratif dan legislatif, kita harus membatasi proliferasi senjata dan amunisi yang tidak punya tujuan selain membunuhi warga negara.”

Kongres AS, terdiri atas Senat dan DPR AS, belum meloloskan undang-undang senjata api federal yang berarti sejak tahun 1994. Larangan untuk pemilikan senapan semiotomatis tertentu yang dikenal sebagai senapan serbu habis masa berlakunya tahun 2004. Senator Feinstein (California) yang mengusulkan larangan terdahulu bertekad mengajukan RUU untuk melarang kepemilikan senapan serbu pada awal tahun depan.

Upaya sebelumnya untuk memperketat UU pengawasan senjata api di AS gagal karena penolakan dari NRA dan kelompok-kelompok lobi pro-senjata api lain. Penolakan tetap kuat meski terjadi sejumlah insiden penembakan massal di seluruh negeri. Namun, perubahan sikap dari Demokrat moderat memperlihatkan bahwa lobi pro-senjata bisa menghadapi perlawanan yang lebih sengit.

Gedung Putih mengatakan, UU pengawasan senjata yang lebih ketat merupakan bagian dari solusi, tetapi bukan satu-satunya untuk mencegah penembakan massal. Pendidikan dan perawatan kesehatan jiwa yang lebih baik juga menjadi prioritas.

Di Newtown, pekan ini para korban mulai dimakamkan. Dimulai hari Senin dengan pemakaman Noah Pozner (6) dan Jack Pinto (6). Polisi mengatakan, diperlukan berbulan-bulan untuk menyelesaikan penyelidikan insiden itu.

Semua sekolah di kota itu tutup sampai Selasa, dan sekitar 200 relawan membangun tempat bermain agar anak-anak sibuk. SD Sandy Hook ditutup sampai waktu yang belum ditetapkan.

(AFP/Reuters/AP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com