Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demonstran Bakar Kantor Ikhwanul Muslimin di Mesir

Kompas.com - 23/11/2012, 21:27 WIB

KAIRO, KOMPAS.com - Unjuk rasa besar-besaran kembali terjadi di Mesir, menyusul tindakan Presiden Mohamed Mursi yang menurunkan dekrit yang memberikan kekuasan lebih besar padanya, Jumat (23/11/2012).

Dalam dekrit itu disebutkan bahwa keputusan presiden tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun, termasuk lembaga kepresidenan.

Dekrit itu langsung disambut unjuk rasa oleh kelompok oposisi di sejumlah kota di Mesir. Televisi nasional Mesir, para demonstran membakar kantor-kantor Ikhwanul Muslimin, gerakan yang mengusung Mursi ke kursi kepresidenan, di beberapa kota, seperti dikutip BBC.

Kantor-kantor partai sayap Ikhwanul Muslimin yang dibakar, di antaranya adalah di Port Said dan Ismailia. Menurut kantor berita Mena, satu rumah sakit di Kairo menerima tiga orang yang terluka dalam kekerasan yang terjadi di Jalan Mohammed Mahmoud di pusat kota Kairo.

Bentrokan antara kelompok pendukung dan penentang Mursi dilaporkan terjadi di Alexandria. Demonstran anti-Ikhwanul Muslimin di kota itu menyerbu kantor-kantor Partai Kemerdekaand an Keadilan, sayap politik Ikhwanul Muslimin, dan melemparinya dengan buku dan kursi.

Firaun baru

Para demonstran turun ke jalan hanya beberapa jam setelah Mursi mengeluarkan dekrit, Kamis (22/11/2012).

Sebagai tambahan untuk melindungi keputusan presiden itu, dekrit tersebut juga membuka jalan untuk mengadili kembali para terpidana pembunuhan selama pemberontakan yang menggulingkan Presiden Husni Mubarak.

Para kritikus mengecam tindakan itu dan menyebutnya "kudeta terhadap legitimasi".

"Ini adalah kudeta melawan legitimasi," kata Sameh Ashour, ketua sindikasi pengacara, dalam sebuah acara jumpa pers bersama dengan pemimpin oposisi lain, Mohamed ElBaradei dan Amr Moussa.

"Kami serukan agar warga Mesir menggelar aksi protes di semua lapangan di Mesir pada hari Jumat."

Wael Ghonim, salah satu sosok kunci dalam aksi tahun lalu utnuk menggulingkan Presiden Hosni Mubarak, mengatakan revolusi tidak dibuat "untuk menjadi diktator baik".

"Ada perbedaan ada keputusan revolusioner dan keputusan dikatator," tambahnya.

"Cuma Tuhan saja yang keputusannya tak dapat diganggu-gugat."

ElBaradei, penerima Hadiah Nobel Perdamaian, menulis dalam akun Twitter-nya, bahwa presiden "menunjuk dirinya sendiri sebagai firaun baru Mesir. Sebuah pukulan besar bagi revolusi yang bisa menimbulkan konsekuensi buruk."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Terpopuler

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com