Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberontak Desak Pasukan PBB

Kompas.com - 20/11/2012, 02:54 WIB

Kinshasa, Senin - Gerakan 23 Maret (M23), kelompok pemberontak di Republik Demokratik Kongo, yang didukung Rwanda dan Uganda, telah memukul mundur tentara pemerintah dan misi Penjaga Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa. M23 pada Minggu (18/11) telah mendekati sisi timur Goma, ibu kota Provinsi Kivu Utara, yang menjadi markas misi PBB.

Padahal, sehari sebelumnya, pasukan PBB telah mengerahkan helikopter tempur untuk menyerang posisi M23 di bagian timur negara itu, yang disertai tembakan senjata berat. Meski demikian, pasukan M23 tetap merangsek maju mendekati Goma. Tersebar isu bahwa M23 ingin mengambil alih bandara Goma.

Walau begitu, juru bicara M23, Kolonel Vianney Kazarama, menegaskan, mereka tak berniat mengambil alih Goma. Pasukan M23 telah maju 2 kilometer ke arah Goma dan berencana akan bertahan dalam jarak sekitar 5 kilometer dari kota itu. Pertempuran dihentikan sementara.

”Kami tidak bermaksud mengambil alih bandar udara. Kami menanggapi satu serangan yang dilakukan tentara pemerintah. Kami melakukan ini untuk mematahkan kekuatan Angkatan Bersenjata RD Kongo (FARDC),” kata Kazarama kepada Reuters.

Sebelumnya, juru bicara FARDC, Kolonel Olivier Hamuli, juga mengakui adanya pertempuran di luar bandara Goma. Juru bicara misi PBB di RD Kongo timur (MONUSCO), Kieran Dwyer, mengatakan, pemberontak telah melewati Kibati dan kini berada di Munigi, sekitar 7 kilometer dari Goma.

Dalam empat hari terakhir ini M23 mencatat kemajuan terbesar sejak gerakan itu muncul. M23 dibentuk pada 4 April 2012 oleh lebih dari 300 bekas tentara milisi Kongres Nasional untuk Pertahanan Rakyat (CNDP).

Nama M23 mengacu pada 23 Maret 2009. Kala itu, CNDP menandatangani nota kesepakatan damai dengan pemerintah pusat, lalu menjadi partai politik. Tentara M23 pun bergabung dengan FARDC hingga akhirnya membelot, April lalu.

Perlindungan warga

Setelah dipukul mundur, FARDC dan MONUSCO pun langsung mengoordinasikan perlindungan terhadap warga sipil. Sebab, selama ini M23 melakukan banyak kekerasan terhadap warga. Salah satu yang dikeluhkan secara luas dan telah menjadi perhatian komunitas internasional adalah penculikan anak-anak untuk dijadikan tentara. Kekerasan terhadap perempuan juga kerap dilakukan kelompok ini.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki- moon mengecam serangan pemberontak itu. Dia mendesak M23 untuk menghentikan serangan dan semua gerakan untuk mengambil alih Goma. Kota ini terletak di perbatasan Rwanda. Otoritas Rwanda dan Uganda menyangkal keterlibatan mereka. (REUTERS/AP/AFP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com