Presiden Mesir Muhammad Mursi dikabarkan juga telah menerima pengunduran diri Direktur Otoritas Kereta Api Mesir. Peristiwa tersebut dinilai sebagai insiden transportasi terburuk setelah Februari 2002 saat 360 penumpang tewas akibat kebakaran di dalam kereta.
Insiden berawal ketika bus yang membawa 60 siswa taman kanak-kanak setempat yang hendak berwisata mogok di tengah pelintasan KA, dengan palang pintu terbuka, di wilayah Manfalut, sekitar 356 kilometer sebelah selatan Kairo. Saat itulah sebuah KA yang mendekat dengan kecepatan tinggi menghantam bus tersebut.
”Bus terdorong hingga 1 kilometer di sepanjang rel,” kata
Media lokal di Provinsi Assiut menggambarkan kecelakaan tersebut sebagai tragedi yang mengerikan. Jasad anak-anak yang tewas ataupun luka-luka tergeletak cukup lama di sejumlah lokasi di sekitar rel KA sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit terdekat.
Proses evakuasi sempat terhambat karena kebanyakan korban terjepit di antara puing-puing bus yang ringsek. Saksi mata menceritakan, darah berceceran di antara tas dan buku sekolah yang berserakan.
Sejumlah orangtua siswa menangis histeris saat mencari tanda-tanda yang masih bisa dikenali dari anak-anak mereka. Seorang wanita yang menyebut dirinya Um Ibrahim, ibu dari tiga anak, menjambaki rambutnya saat mencari anaknya di antara puing-puing kecelakaan.
”Anakku, aku belum menyuapimu sebelum engkau pergi,” teriaknya histeris. Seorang laki- laki yang sedang mengambil bagian tubuh yang tercecer berteriak, ”Hanya Tuhan yang bisa membantu!”
Semua korban tewas, kecuali seorang perempuan dan sopir bus itu, adalah anak-anak. Saksi mata menceritakan, setengah badan bus hancur.
Mohamed Samir, dokter Rumah Sakit Assiut, tempat para korban dirawat, mengatakan, kondisi korban tewas sangat mengenaskan. Hal ini menyebabkan pihak berwajib kesulitan menghitung dan mengidentifikasi jenazah.
Para orangtua siswa menuntut pertanggungjawaban otoritas transportasi atas peristiwa ini. Merespons tuntutan itu, Gubernur Provinsi Assiut Yehya Keshk membentuk komite pencari fakta untuk menyelidiki insiden tersebut.
Kalangan pengamat transportasi setempat menilai, kecelakaan ini merupakan akibat dari sistem transportasi yang buruk di Mesir, termasuk di sektor perkeretaapian. Selain prasarana yang minim perawatan, manajemen otoritas perkeretaapian Mesir juga dinilai tak profesional.
Menurut Keshk, penjaga pintu pelintasan tertidur saat insiden terjadi. ”Penjaga pintu pelintasan KA tertidur saat insiden terjadi. Yang bersangkutan saat ini telah ditahan,” ujarnya.
Selain 50 korban jiwa, lanjut Keshk, sekitar 15 orang saat ini dirawat secara intensif di rumah sakit terdekat. Pemerintah setempat mengirimkan tim yang beranggotakan 45 dokter untuk menyelamatkan nyawa mereka.
Hanya beberapa jam setelah kecelakaan tragis di Assiut itu, sebuah kecelakaan lain terjadi di dekat ibu kota Mesir, Kairo. Sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi di sisi jalan yang salah menabrak sebuah minibus berisi 15 orang.
Sebanyak 12 orang tewas dalam kecelakaan itu dan tiga orang terluka. Polisi langsung menahan sopir truk di lokasi kejadian saat petugas penyelamat berusaha menolong para korban. (REUTERS/AP/AFP/GRE)