Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres Amerika, Langsung atau Tak Langsung

Kompas.com - 05/11/2012, 11:55 WIB
Iskandar Zulkarnaen

Penulis

Saat ini terdapat 538 electoral votes. Jumlah itu ditetapkan berdasarkan 435 kursi DPR (House of Representatives), 100 kursi Senat, ditambah tiga jatah electoral votes untuk ibu kota Washington DC—meskipun kota pemerintah federal ini tidak memiliki wakil di Senat.

Untuk memenangi pemilu, seorang calon presiden harus mendapatkan minimal 270 dari 538 electoral votes. Oleh karena itu, dalam setiap pemilu, para politisi selalu membidik negara bagian yang memiliki jumlah electoral votes terbanyak, seperti California (55), Texas (34), Florida (27), dan Illinois (21).

Setelah pemungutan suara selesai, para electors (orang yang memiliki mandat atas electoral votes) akan menggelar konvensi di ibu kota negara bagian untuk memberikan suara mereka. Dalam pertemuan yang berlangsung pada bulan Desember inilah pilpres benar-benar digelar secara langsung. Mereka akan memilih satu dari dua pasangan capres yang sedang bertarung menuju Gedung Putih.

Lantas bagaimana "elector" ditetapkan?
Pemegang electoral votes diangkat oleh dewan pimpinan partai di tingkat negara bagian. Penetapannya dilakukan dengan mempertimbangkan loyalitas kepada partai dan diyakini tidak akan mengkhianati suara rakyat dan suara partai yang diwakilinya.

Para elector dipilih oleh partai sebelum pemilu berlangsung, waktu persisnya berbeda di masing-masing negara bagian. Masa jabatannya pun berbeda. Dan, satu hal, tidak ada pengumuman resmi dari partai terkait proses penetapan atau pengangkatan elector.

Itulah sebabnya, ketika warga Amerika ditanya soal elector, electoral votes ataupun electoral college, banyak dari mereka yang bingung dan balik bertanya, “Pertanyaan macam apa itu?” Tetapi, ada juga negara nagian yang mengumumkannya dan mencantumkan nama-nama mereka di kertas suara.

Setiap partai yang ikut pemilu, yakni Demokrat dan Republik, mengangkat elector sejumlah alokasi electoral votes di negara bagian masing-masing.

Misalnya, Wisconsin memiliki 10 electoral votes, maka partai di negara bagian ini masing-masing mengangkat 10 elector. Tetapi, hanya partai yang memenangi pemilu yang bisa mengirimkan elector-nya ke konvensi. Istilahnya, the winner take it all. Pemenang meraup semua jatah electoral votes di tingkat negara bagian.

Dengan sistem semacam itu, ada kesan bahwa pilpres empat tahunan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pada Selasa minggu pertama bulan November (tahun ini jatuh pada tanggal 6 November 2012) tidak digelar untuk memilih presiden, tetapi memilih partai mana yang akan menguasai electoral votes di tiap-tiap negara bagian.

"Popular vote vs electoral vote"

Sampai di sini, keunikan sistem pemilu AS belum seberapa. Saat konvensi electoral college berlangsung, ada beragam muslihat yang mungkin terjadi. Pasalnya, tidak ada ketentuan yang mewajibkan elector memberikan pilihan yang sama dengan amanat partai dan konstituennya.

Dalam electoral college, negara bagian boleh meminta dan boleh tidak meminta para elector memilih berdasarkan hasil pilpres. Dan, setiap elector bisa saja memilih capres yang berbeda dari capres pilihan mayoritas rakyat di tingkat negara bagian.

Esensi dari sistem pilpres di AS adalah pertarungan antara 51 negara bagian (termasuk Washington DC). Selain itu, pilpres di negara ini menggunakan sistem pemilu tidak langsung karena perolehan suara terbanyak tidak bisa memutuskan siapa presiden berikutnya sehingga, dalam sejarahnya, pilpres Amerika mengalami beberapa peristiwa di mana presiden pilihan rakyat tidak bisa menjabat di Gedung Putih.

Mereka adalah Andrew Jackson menang dalam pemungutan suara pilpres 1824, tetapi di electoral college dia kalah dari John Quincy Adams. Samuel Tilden menang dalam pemungutan suara pilpres 1876, tetapi di electoral college dia kalah dari Rutherford B Hayes. Grover Cleveland menang dalam pemungutan suara pilpres 1888, tetapi di electoral college dia kalah dari Benjamin Harrison.

Dan, kasus paling hangat adalah ketika Al Gore menang dalam pemungutan suara pilpres 2000, tetapi akhirnya George W Bush yang menjadi presiden setelah berhasil mencundangi lawannya di electoral college.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com