Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukungan Rusia Diharapkan

Kompas.com - 30/10/2012, 04:17 WIB

Moskwa, Senin - Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Liga Arab untuk Suriah, Lakhdar Brahimi, tiba di Moskwa, Rusia, Senin (29/10). Dia ingin mendapat dukungan nyata dari sekutu utama Damaskus itu demi mengakhiri perang saudara di Suriah setelah gencatan senjata gagal dipertahankan.

Pada saat yang sama, satu bom mobil berdaya ledak tinggi mengguncang Damaskus, ibu kota Suriah. Laporan sementara Senin malam menyebutkan sedikitnya 10 orang tewas. Selain diguncang bom mobil, satu serangan udara dari pesawat tempur militer Suriah juga menghantam kota itu.

Terkait dengan lawatan Brahimi ke Rusia, begitu mendarat di Moskwa ia diterima Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov. Setelah keduanya bertemu, Brahimi mengatakan konflik Suriah memburuk. ”Krisis Suriah sangat berbahaya dan situasinya buruk, bahkan semakin memburuk,” katanya kepada wartawan.

Brahmi tidak mengungkapkan isi pertemuan dengan Lavrov. Tidak diungkap apakah ada kesepakatan atau komitmen tertentu dari Moskwa dalam mendukung misi Brahimi untuk menyudahi krisis Suriah itu.

Namun, Brahimi menyuarakan penyesalannya karena gencatan senjata gagal dipertahankan. Sebelumnya, rezim Presiden Bashar al-Assad dan oposisi Suriah sepakat melakukan gencatan senjata selama empat hari hingga Senin. Agenda itu gagal dipertahankan karena beberapa jam setelah kesepakatan berlaku terjadi pertikaian bersenjata di Suriah.

Ditanya apakah pasukan penjaga perdamaian PBB mungkin akan dikirim ke Suriah, Brahimi mengatakan sampai saat ini belum ada rencana itu. ”Saya menyampaikan telah terjadi perang saudara di Suriah. Jika itu bukan perang saudara, saya tak tahu lagi apa yang terjadi,” kata Brahimi.

Rusia, sekutu dekat rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, menyalahkan oposisi. Wakil Menteri Luar Negeri Gennady Gatilov menegaskan, ”Oposisi menggagalkan gencatan senjata.” Tidak terungkap juga apa inti pertemuan Lavrov dan Brahimi.

Lavrov mengatakan, Moskwa kecewa karena oposisi melanggar gencatan senjata. ”Mereka bertempur lagi dan lagi di Suriah. Provokasi dan balasan yang setimpal adalah kejadian sehari-hari. Tujuan bagi semua warga Suriah adalah berhenti menembak dan mereka duduk di meja perundingan,” katanya.

Gencatan senjata yang mulai diterapkan pada Jumat pagi lalu hanya bertahan beberapa jam. Seusai shalat Idul Adha, satu faksi oposisi yang berhaluan radikal menembak basis militer Suriah di dekat kota Maaret al-Numan. Satu faksi oposisi ini tidak setuju dengan gencatan senjata meski oposisi utama Suriah mendukung agenda gencatan senjata.

Akibat insiden di Provinsi Idlib, Suriah utara, itu pertikaian bersenjata menjalar ke beberapa kota lain. Moskwa telah berulang kali mengkritik Barat sebagai penghalang perdamaian dan ”berniat melanjutkan kekerasan” di Suriah.

Tudingan Moskwa itu bertolak dari fakta bahwa selama ini Barat mendukung oposisi. Selain melakukan pelatihan penggunaan senjata, Barat dan AS juga memberikan bantuan makanan dan obat-obatan kepada oposisi. Rezim Assad pekan lalu juga menuding AS mengoordinasikan pengiriman senjata ke oposisi, satu tindakan ”menggelikan”.

Brahimi juga akan bertolak ke Beijing setelah Moskwa. Dia mengatakan, kekerasan baru di Suriah tidak akan mengecilkan niatnya. ”Kami pikir perang saudara ini harus diakhiri. Dukungan Rusia dan anggota lain di Dewan Keamanan PBB sangat diperlukan,” katanya.

Bom di Damaskus

Pada saat Brahimi tengah berjuang mencari dukungan dari Moskwa, sebuah bom mobil berdaya ledak tinggi mengguncang Damaskus. Selain itu, jet-jet tempur juga melancarkan serangan udara ke beberapa tempat di pinggiran ibu kota Suriah itu.

Warga Damaskus melaporkan, serangan udara skala besar menyasar daerah pinggiran seperti Qaboun, Zamalka, dan Irbin sejak Minggu malam hingga Senin pagi. Selain itu, sebuah bom besar menewaskan sedikitnya 10 orang pada hari Senin.

Televisi Suriah mengatakan, wanita dan anak-anak termasuk di antara mereka yang tewas oleh ”bom mobil teroris” di dekat sebuah toko roti di distrik Jaramana, tenggara Damaskus. Penduduk mengatakan distrik itu dikendalikan loyalis Assad.

Konflik Suriah telah berlangsung 19 bulan sejak aksi damai dimulai pada Maret 2011. Aksi massa prodemokrasi yang menuntut Assad mundur kini telah berubah menjadi perang saudara. Hadirnya para pejuang asing di Suriah telah membuat konflik itu semakin sektarian dan terpola dalam berbagai kepentingan yang jauh dari agenda prodemokrasi.(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com