Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Spesialis Enggan Jadi Petugas Haji

Kompas.com - 22/10/2012, 19:02 WIB
Agus Mulyadi

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Tidak ada satu pun dokter spesialis yang mendaftarkan diri sebagai petugas kesehatan haji 1433 Hijriah.

Demikian dikemukakan anggota Tim Pengawas Penyelenggaraan Haji 2012 dari Fraksi PDIP DPR RI, Eva Kusuma Sundari, dari Mekkah, saat dihubungi dari Semarang, Senin (22/10/2012).

"Kalau toh akhirnya ada beberapa dokter spesialis anestesi, ginjal, bedah, dan jantung yang berangkat, itu karena permintaan pribadi-pribadi dari para senior dokter atau eks pengajar mereka," kata Eva.

Namun, menurut anggota Komisi III DPR itu, keengganan para dokter spesialis itu bisa dipahami, karena kontraprestasi yang disediakan Kementerian Agama (Kemenag) atas jasa layanan mereka amat tidak layak.

"Semua personel pendukung Kemenag dalam penyelenggaraan haji, mulai dari sopir, perawat, cleaning service, hingga dokter, termasuk yang spesialis, mendapat honor yang sama yaitu Rp 760.000 per hari," katanya.

Dengan demikian, kata Eva, para dokter spesialis yang akan bertugas selama tiga bulan hanya akan mendapat honor kurang lebih Rp 60 jutaan. Jumlah itu tentu jauh dari penghasilan mereka di Tanah Air, yang bisa mencapai ratusan juta rupiah per bulan.

"Wajar jika akhirnya jumlah dokter spesialis di tim kesehatan haji amat sedikit, jauh dari yang dibutuhkan," katanya.

Meski demikian, lanjut Eva, para dokter spesialis beserta para tenaga paramedis tetap memberikan pelayanan yang prima, penuh dedikasi, dan profesionalitas dalam situasi yang tidak nyaman tersebut.

Wakil Ketua Fraksi PDIP DPR itu lantas mengusulkan, agar DPR memberikan penghargaan resmi kepada mereka atas pelayanan yang lebih didorong pengabdian dan kesukarelawanan tersebut.

Untuk selanjutnya, Kemenag sepatutnya membuat kebijakan skala pemberian honor yang adil dan responsif, terhadap faktor opportunity loss bagi para dokter spesialis.

Hal itu juga mengemuka dalam rapat koordinasi Timwas DPR untuk Penyelenggaran Haji 2012 pada Sabtu (20/10/2012) malam waktu Arab Saudi.

Pada kesempatan itu, Dr Nizar Shihab PD menyampaikan apresiasi yang tinggi, atas keterlibatan para dokter spesialis yang akhirnya mau berpartisipasi dalam Tim Kesehatan Kemenag pada musim haji 2012.

Para dokter juga mengusulkan agar ada "screening" kesehatan yang lebih ketat oleh pemerintah daerah, karena pasien-pasien yang berpenyakit berat, seperti  tumor otak, gagal ginjal (sehingga harus menjalani cuci darah), pikun, depresi, bisa lolos, meski sejak kedatangan sudah tidak bisa menjalani ibadah sama sekali.

"Screening kesehatan yang lemah ini juga diduga menjadi penyebab banyaknya calon haji Indonesia yang meninggal dunia. Hingga Minggu (21/10/2012) subuh, di Madinah tercatat 19 calhaj meninggal dunia, sedangkan di Mekkah ada 67 orang yang meninggal dunia," kataEva Kusuma Sundari.

 

Sumber: Antara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

    Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

    Nasional
    TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

    TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

    Nasional
    Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

    Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

    Nasional
    PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

    PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

    Nasional
    Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

    Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

    Nasional
    Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

    Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

    Nasional
    Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

    Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

    Nasional
    PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

    PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

    Nasional
    Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

    Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

    Nasional
    Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

    Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

    Nasional
    Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

    Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

    Nasional
    Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

    Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

    Nasional
    Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

    Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

    Nasional
    Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

    Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

    Nasional
    Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

    Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com