Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Ketergantungan dari Malaysia

Kompas.com - 22/10/2012, 03:18 WIB

Jika diambil rata-rata setiap kolam, produksi ikan darat di Bungkang baru sekitar 30 ton setiap kali panen atau sekitar 15 ton setiap bulan. Kebutuhan ikan untuk wilayah Sekayam dan Entikong mencapai sekitar 150 ton per bulan.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Barat Gatot Rudiyono mengemukakan, peningkatan produksi ikan, baik tangkap maupun budidaya, menjadi prioritas. Salah satu upaya peningkatan produksi di sektor budidaya adalah dengan memperbanyak pusat percontohan budidaya ikan air tawar, seperti di Bungkang.

Tergantung

Ketergantungan masyarakat perbatasan Kalbar dan Negara Bagian Sarawak, Malaysia, itu disebabkan tingginya harga bahan makanan yang dikirim dari Jawa melalui Pontianak. Berbagai kebutuhan pokok asal Malaysia lebih murah karena jarak distribusinya pendek sehingga ongkos transportasi lebih kecil dibandingkan produk sejenis yang harus dikirim dari Pontianak sejauh 250 kilometer.

Kecamatan Sekayam hanya berjarak sekitar 20 kilometer dari Pos Perbatasan Lintas Batas Entikong, Kabupaten Sanggau. Berbagai bahan kebutuhan pokok bisa diperoleh masyarakat di Sarawak menggunakan fasilitas perdagangan perbatasan yang diatur dalam perjanjian Sosial Ekonomi Indonesia Malaysia tahun 1970. Apalagi, Malaysia sudah mengoperasikan pelabuhan darat mereka di Tebedu yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari PPLB Entikong. Tebedu Inland Port itu merupakan tempat bongkar muat barang yang akan didistribusikan ke Indonesia sehingga jarak distribusi ke pusat perekonomian perbatasan Kalbar di Entikong dan Sekayam semakin pendek.

Dedi menambahkan, pembudidayaan ikan air tawar itu menguntungkan masyarakat. Untuk setiap kolam permanen ukuran 4 meter x 5 meter dibutuhkan biaya produksi Rp 35 juta untuk dua bulan dan panen menghasilkan Rp 50 juta.

Saat ini, 21 anggota Kelompok Tani Maju Terus membudidayakan ikan air tawar karena prospektif. Pasokan air sepanjang tahun terjamin dari bendung Sungai Bungkang. Pemkab Sanggau dan Pemprov Kalimantan Barat melihat nilai strategis pengembangan sektor perikanan dan pertanian di kawasan Bungkang.

Itu sebabnya pemerintah membuat bendungan di Sungai Bungkang dan mengalirkan airnya melalui irigasi permanen. Saluran irigasi permanen itu saat musim kemarau dirawat berkala untuk menekan kebocoran.

Irigasi yang melintasi Desa Bungkang sekaligus menjadi prasarana pengairan lahan pertanian sawah seluas 300 hektar. Sejumlah petani di Bungkang—yang tidak memiliki kolam budidaya— menggunakan metode mina padi setiap musim tanam.

Setiap musim tanam padi tiba, para petani menebar benih ikan. Selain menambah keuntungan, mina padi juga ampuh mengurangi serangan hama. Sistem ini bisa berhasil, menurut Dedi, karena sebagian besar petani beralih dari pupuk pabrik dan menggunakan pupuk organik. Itu bermula ketika para petani selalu kesulitan mendapatkan pasokan pupuk pabrik saat masa tanam tiba sehingga lebih memilih memproduksi sendiri pupuk organik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com