Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Liat dengan Barang Rongsokan

Kompas.com - 07/09/2012, 04:41 WIB

Nurcholis Agi (44) memiliki keuletan, kemauan belajar, dan sifat pantang menyerah. Tidak banyak orang yang mampu menjalani hidup dengan paduan sifat tersebut. Kegigihan itu menjadikannya teladan, menghidupi 11 karyawan, serta sandaran hidup istri dan lima anaknya.

Saat ini Nurcholis bukan lagi dikenal sebagai penjaga kios rokok, mekanik bengkel, tukang racik obat di apotek, atau teknisi alat elektronik. Setidaknya sudah 15 jenis pekerjaan telah dijalaninya. Kini dia adalah pemilik mal rongsok, mal (sepeda) motor, mal kayu, dan mal mobil dengan aset sekitar Rp 1 miliar.

Satu tahun mendatang, entah dia akan menjadi apa. Perjalanan hidupnya belum selesai. ”Saya akan terus belajar dan bekerja sampai saya merasakan hidup seperti dalam surga,” kata Nurcholis, pria kelahiran Banyuwangi, 6 Desember 1967, itu.

Kisah lelaki ini penuh warna. Setiap memulai pekerjaan dia hanya bertekad bisa menjalaninya, walaupun bidang pekerjaan itu belum pernah ditekuninya. Dia selalu yakin dengan usaha dan belajar pekerjaan akan berjalan lancar. Saat akan menjadi teknisi alat elektronika misalnya, dia membeli beberapa televisi mati. Lalu mempelajari bagian-bagiannya. Dia kemudian memanggil teman-temannya yang memiliki kemampuan elektronika. Pada saat itulah dia belajar dari rekannya, dan kemudian mencoba memperbaiki sendiri alat tersebut.

Model belajar seperti ini yang membuat dia selalu bisa menjalani beragam pekerjaan, termasuk menjalankan bisnis barang bekas di Kota Depok.

Suatu hari, ketika Kompas mengunjungi tempat usahanya di Jalan Bungur Raya Nomor 1, Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, Nurcholis melayani pembeli dan penjual barang bekas di Mall Rongsok miliknya.

”Jangankan barang bekas, sampah pun mau saya terima,” ujar Nurcholis. Dia memiliki kemampuan mengelola barang bekas dengan cara mengumpulkan, memperbaiki kerusakan, lalu menjual kembali. Usaha yang didirikan sejak tahun 2010 ini menjadi oase bagi kalangan pencinta barang antik, mahasiswa yang kepepet uang, dan keluarga dengan kemampuan ekonomi pas-pasan.

Tak ada yang terbuang

Bukan tanpa alasan dia mau menerima barang dengan kondisi apa pun. Sebab, jika barang bekas tersebut tidak laku, Nurcholis akan menjualnya ke pengepul untuk didaur ulang. Tidak ada yang tidak terpakai, semua terpakai dan laku dijual.

Dia menyebut usahanya ini dengan istilah ”rugi-rugian”, seakan-akan rugi tapi sebenarnya sangat menguntungkan. Melalui barang bekas itu, ayah lima anak ini bisa memperoleh pendapatan kotor Rp 3 juta per hari atau sekitar Rp 100 juta per bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com