Pantauan Kompas hingga Minggu sore, kepulan asap putih terlihat di bagian timur gunung setinggi 3.428 meter dari permukaan laut (mdpl). Hal itu tampak dari pos pendakian Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Karangreja, Purbalingga. Titik api terlihat di jalur pendakian antara pos lima dan pos enam pada 2.500-2.600 mdpl di perbatasan Purbalingga-Pemalang.
Komandan tim Search and Rescue (SAR) Desa Kutabawa, Sugeng Riyadi, mengatakan, luas area hutan di lereng Gunung Slamet yang terbakar diperkirakan mencapai 40 hektar (ha). ”Titik api di wilayah Pemalang sulit dipadamkan dan meluas menuju wilayah Purbalingga. Fokus kami mengevakuasi pendaki. Setelah dipastikan area gunung kosong, lebih mudah melokalisasi kobaran api,” katanya.
Menurut Sugeng, saat kebakaran, tercatat sekitar 250 pendaki berada di area gunung. Evakuasi dilakukan dengan menerjunkan tim SAR. Bahkan, 40 pendaki terjebak di puncak karena jalan terhalang api. Mereka dievakuasi memutar melalui jalur pendakian Guci, Tegal.
Petugas SAR Koordinator Wilayah III Jawa Tengah, Rudi Setiawan, menyatakan, saat ini terpantau delapan titik api yang merambat ke bawah. Vegetasi yang terbakar berupa damar, pinus, serta pohon hutan lain.
Asisten Perhutani Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Gunung Slamet Timur Ahmad Efendi memaparkan, sekitar 300 personel Perhutani, SAR, dan warga dikerahkan untuk memadamkan api. Mereka membuat parit agar api tak meluas.
Penuturan Angga (23), pendaki asal Yogyakarta yang dievakuasi tim SAR, kebakaran diduga berasal dari sisa api unggun pendaki. ”Mungkin api unggun yang ditinggalkan belum benar-benar mati,” katanya.
Beberapa pendaki lain sempat berusaha mematikan api, tetapi angin kencang menyulitkan pemadaman.
Dari catatan Kompas, kebakaran hutan di Gunung Slamet dalam lima tahun terakhir terjadi pada musim kemarau. Kebakaran pada Agustus 2011 merusak 5 ha hutan, pada September 2009 menghanguskan 52 ha hutan, sedangkan pada Agustus 2007 membakar 4 ha hutan.
Sementara itu, kabut asap mulai terasa di sekitar Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, terutama
Haruman, Manajer Operasional Bandara Syamsudin Noor, Minggu, mengaku kondisi udara di sekitar bandara dalam beberapa hari terakhir tidak secerah hari-hari sebelumnya. Namun, sejauh ini, hal itu belum berpengaruh terhadap aktivitas penerbangan. Jarak pandang masih di atas 5 kilometer.
Data titik api di Kalsel sejak Januari sampai Agustus 2012 pada Dinas Kehutanan Kalsel mencapai 253 titik. Adapun titik api di Kalimantan Tengah, menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalteng Mugeni, sampai Agustus 2012 mencapai lebih dari 500 titik. Daerah yang dianggap rawan antara lain Kapuas, Pulang Pisau, Barito Selatan, Katingan, Kotawaringin Timur, dan Palangkaraya.
Administrator Pelabuhan Kumai, Kotawaringin Barat, Kalteng, Agus Subagio, mengatakan, kabut asap sejauh ini belum menimbulkan gangguan terhadap pelayaran.