Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluar Eropa demi Mengejar Mimpi

Kompas.com - 07/08/2012, 02:51 WIB

Krisis utang yang mengimpit zona euro membuat banyak orang muda putus asa akan masa depannya. Santiago Oviedo, pemuda berusia 24 tahun dari Madrid, akan lulus dari program master fisika, Oktober mendatang. Ini merupakan batu loncatan penting bagi anak muda yang selalu bermimpi menjadi peneliti asal-usul semesta ini.

Sayangnya, situasi di Spanyol tak menguntungkan. Seusai meraih gelar masternya, Oviedo memutuskan akan hijrah ke Inggris, Perancis, Belanda, atau Jerman untuk mencari beasiswa program doktor atau bekerja di perusahaan yang membutuhkan ilmunya. Jika tetap tinggal di negara asalnya, ia khawatir akan sulit mendapat pekerjaan atau berkeluarga.

Andai dia lulus dua tahun lalu, Oviedo masih memiliki kesempatan mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah untuk meneruskan studi jenjang doktor dan melakukan riset. Semua ini menguap sejak pemerintah memangkas anggaran, termasuk anggaran riset sains, dan terjadi gelombang pemecatan pegawai.

Dengan tingkat pengangguran mencapai 53 persen di kalangan penduduk berusia 25 tahun, para pemuda Spanyol terus meninggalkan negara mereka untuk mencari masa depan lebih baik. Kebanyakan mencari pekerjaan, tetapi ada juga yang seperti Oviedo, meninggalkan Spanyol karena pemerintahnya tak lagi mampu memanfaatkan otak mereka.

Sejak krisis finansial 2009, pemuda Spanyol yang meninggalkan negaranya naik 52 persen dari 12.500 orang menjadi 20.000 orang per tahun.

Harapannya, krisis ini tak berlangsung lama, dan saat para imigran muda itu pulang, negara asalnya akan diuntungkan karena mereka membawa pulang kemampuan bekerja dan berbahasa lebih baik sehingga membantu meningkatkan produktivitas. Demikian pendapat Gayle Allard, ekonom di Sekolah Bisnis IE Madrid.

Bagaimana jika tidak kembali lagi? ”Kalau mereka tidak pulang lagi, itu namanya tragedi,” kata Allard.

Ke bekas koloni

Tidak hanya Spanyol, anak- anak muda berbakat dari negara Eropa yang sedang krisis, seperti Yunani, Irlandia, Italia, dan Portugal, juga meninggalkan rumah mereka. Tujuannya tidak hanya ke negara Eropa yang lebih maju, tetapi juga ke negara-negara bekas koloni Eropa di Afrika, Asia, dan Amerika.

Anak-anak muda Portugal, misalnya, berbondong-bondong pergi ke Brasil dan Angola untuk mencari pekerjaan. Jumlah mereka makin banyak sejak tahun lalu ketika Portugal mendapatkan dana talangan. Perdana Menteri Portugal memang menyarankan mereka bekerja di tempat-tempat yang dahulu menjadi koloni Portugal.

Di Irlandia, lebih dari 76.000 orang pindah, pekan lalu, atau setara dengan 1,7 persen populasi. Mereka bergabung dengan 200.000 orang lain yang telah pergi sejak tahun 2008. Tujuan utamanya adalah Inggris, Australia, Kanada, dan AS.

Brian Whelan (28) pindah dari Dublin ke London dua tahun lalu, dan saat ini bekerja sebagai wartawan lepas. ”Orang Irlandia tak sulit mencari pekerjaan di luar negeri. Sering kali mereka yang cerdas yang keluar karena Irlandia tak mampu menahan mereka,” katanya.

Di Italia, lulusan universitas yang pergi ke luar negeri naik dari 8,3 persen tahun 2001 menjadi 15,9 persen tahun 2010. Maria Adela Carrai (26), sarjana bahasa dan kebudayaan China, pergi ke Hongkong belajar pada program doktor. ”Ini satu-satunya jalan untuk menjadi independen secara ekonomi. Italia bukan tempat yang cocok saat ini,” ujarnya. (AP/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com