Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Biayai Perjalanan Peringatan Bom Bali

Kompas.com - 13/07/2012, 09:32 WIB
L Sastra Wijaya

Penulis

ADELAIDE, KOMPAS.com — Pemerintah Federal Australia akan memberi bantuan keuangan kepada para keluarga korban bom Bali yang ingin menghadiri peringatan 10 tahun bom Bali 2002 di Indonesia.

Perdana Menteri Australia Julia Gillard mengatakan, peringatan 10 tahun pada Oktober mendatang akan merupakan peristiwa yang penting guna memperingati dan mengenang kembali tragedi itu. Sejumlah anggota keluarga dari mereka yang tewas akan berkunjung ke Bali untuk menghadiri upacara peringatan.

"Sebagai pemerintah, kami akan memberikan bantuan kepada para anggota keluarga." Hal itu disampaikan Gillard kepada wartawan di kota Townsville (Queensland), Kamis (12/7/2012), sambil menambahkan bahwa rincian bantuan tersebut masih akan ditentukan kemudian.

"Segera setelah saya mendapatkan rinciannya, kami akan menyampaikan kepada para anggota keluarga." kata Gillard, seperti dikutip kantor berita Australia, AAP.

Dalam peristiwa ledakan bom di Bali tanggal 12 Oktober 2002 tersebut, jumlah korban tewas adalah 202 orang, dengan 88 orang di antaranya adalah warga Australia.

Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, para korban bom Bali selama ini tidak mendapatkan bantuan apa pun dari Pemerintah Australia dalam bentuk kompensasi.

Dua minggu lalu, parlemen Australia meloloskan sebuah undang-undang yang akan memberikan kompensasi sampai 75.000 dollar (sekitar Rp 750 juta) bagi warga Australia yang menjadi korban terorisme di luar negeri.

Undang-undang diajukan oleh pemerintahan Partai Buruh dan mendapatkan dukungan penuh dari partai oposisi karena ide ini awalnya datang dari pemimpin oposisi Tony Abbot tahun lalu. Warga Australia menjadi korban keempat terbanyak oleh tindak terorisme setelah Amerika Serikat, Spanyol, dan India.

Sebelumnya, pihak oposisi menghendaki agar kompensasi ini juga diberikan kepada korban tindak terorisme yang sudah terjadi. Namun, dalam pembahasan di majelis rendah, hal itu ditolak.

Dalam dengar pendapat di parlemen sebelumnya, salah seorang korban, Peter Hughes, menjelaskan bagaimana dia harus mengandalkan bantuan dari sejumlah lembaga amal dan teman-teman lain setelah bisnisnya bangkrut.

Wajah Hughes mengalami luka bakar serius dalam peristiwa bom Bali tahun 2002 dan dia harus dirawat di rumah sakit selama tiga bulan karena luka bakar di sekujur tubuhnya.

Hughes mengatakan, karena itu, bisnisnya kemudian bangkrut dan dia kehilangan dana sekitar 500.000 dollar (sekitar Rp 5 miliar). "Saya tidak punya apa-apa lagi. Hanya karena kebaikan Palang Merah, keluarga dan teman-teman yang mengumpulkan dana bantuan sehingga saya bisa bertahan hidup," kata Hughes.

Hughes juga baru mengetahui setelah kejadian itu bahwa asuransi perjalanan yang dibelinya tidak berlaku karena dia menjadi korban terorisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com