Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segregasi Solusi Laut China Selatan

Kompas.com - 07/07/2012, 02:52 WIB

René L Pattiradjawane

Perdebatan China-Filipina pekan lalu atas sengketa wilayah kedaulatan yang tumpang tindih di Genting Scarborough, dekat Kepulauan Spratly, Laut China Selatan— termasuk rencana Presiden Filipina Benigno Aquino III meminta Washington menggelar pesawat mata-mata—membuat penguasa Beijing berang.

Keberangan Beijing ditambah dengan rencana Gubernur Tokyo Sintaro Ishihara. Ishihara berencana memasang iklan di harian The New York Times untuk membeli Kepulauan Senkaku bagi pengembangan wilayah perikanan. Klaim tumpang tindih di seluruh Laut China Selatan menjadi semakin panas. Beijing pun mengancam akan menggelar kekuatan militernya di wilayah yang dianggap sebagai kedaulatannya.

Ketika menulis artikel ini, kita menjadi teringat pesawat mainan tanpa awak AR Drone buatan Parrot SA di Perancis yang dikendalikan dengan iPad atau iPhone. Pesawat mainan itu dilengkapi kamera digital yang memungkinkan pengintaian dalam radius jaringan nirkabel. Perangkat digital ini adalah turunan pesawat tanpa awak yang disebut drone, yang digunakan militer AS di Afganistan memburu kelompok teroris Al Qaeda.

Ada juga permainan lain yang tidak kalah menarik, juga dimainkan di iPad, yang disebut Baohu Diaoyu Dao (Bela Pulau Daioyu) yang dibuat oleh Shenzhen ZQGame Co di Provinsi Guangdong, China bagian selatan. Pulau Diaoyu adalah sebutan China untuk Pulau Senkaku, yang diperebutkan dengan Jepang dan menimbulkan berbagai masalah selama beberapa dekade terakhir ini.

Kehadiran permainan ini setidaknya memberikan dua perspektif baru dalam tata laksana hubungan internasional. Pertama, penggunaan drone akan mengubah jalannya perang mendatang seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini di Irak dan Afganistan. Pasukan AS menggunakan pesawat drone Predator dan Reaper yang dikendalikan dari jarak sangat jauh. Dipastikan tahun depan akan lebih banyak pilot drone di padang pasir Nevada dibanding pilot pesawat tempur F-16.

Kedua, tanpa disadari konflik kedaulatan seperti yang terjadi di kawasan Laut China Selatan telah dibawa ke tingkatan masif melibatkan rakyat, memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi informasi, seperti permainan iPad tadi. Artinya, emosi rakyat China dilibatkan secara aktif, sedangkan penguasanya mencari celah untuk memberikan justifikasi untuk sebuah tindakan kekuatan militer membela kedaulatan dengan dukungan penuh rakyatnya.

Strategi China

Kebutuhan Presiden Aquino untuk pesawat mata-mata bisa saja tidak harus melalui penggunaan pesawat P3C Orion yang selama ini digunakan AS melakukan pengintaian di sepanjang garis pantai daratan China. Penggunaan drone memberikan keleluasaan bagi Filipina (atau bagi China sendiri) melakukan aktivitas pengintaian, sekaligus pencegahan pelintasan wilayah kedaulatan yang diakuinya.

Selama ini penggunaan satelit mata-mata memiliki hambatan karena tidak bisa bekerja secara terus-menerus di wilayah yang ingin diamati. Satelit yang berputar mengelilingi Bumi pada orbit tertentu hanya akan berada di kawasan Laut China Selatan, misalnya, pada waktu-waktu tertentu saja untuk melakukan pengambilan gambar atas wilayah tertentu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com