Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koneksi Iran-Suriah

Kompas.com - 12/05/2012, 02:13 WIB

Barat juga mencabut tuntutan agar rezim Bashar al-Assad dijatuhi sanksi ekonomi berat jika tidak menghormati misi damai Kofi Annan. Sebagai penggantinya, resolusi tersebut menegaskan DK PBB akan melakukan tindakan lain yang relevan jika misi damai utusan khusus PBB, Liga Arab, Kofi Annan, gagal. Selain itu, resolusi DK PBB juga memberi waktu cukup panjang kepada tim monitornya, yakni selama 90 hari, dalam menjalankan tugasnya di Suriah.

Dengan demikian, rezim Bashar al-Assad layak bergembira dengan turunnya resolusi DK PBB itu. Ia bisa memperpanjang usia rezimnya minimal tiga bulan mendatang. Selain selamat dari sanksi ekonomi, pasukannya pun masih bisa bertengger di mulut-mulut perkotaan dan pedesaan yang setiap saat bisa mereka gempur.

Pertanyaannya, mengapa Rusia, China, dan khususnya Iran, tetap mendukung Bashar al-Assad, diktator yang ambisius dan kejam itu?

Rusia dan China jelas ingin pengaruhnya tetap ada di Timur Tengah untuk mengimbangi Barat yang mendominasi kawasan bergolak itu. Jadi, bukan hanya alasan ekonomi bahwa Suriah adalah negara pengimpor senjata Rusia dan China.

Faktor Iran

Alasan Iran agak berbeda. Selain menanamkan pengaruhnya di Suriah, Iran juga ingin mempertahankan pengaruhnya di Irak, Lebanon, dan Palestina. Bila rezim Bashar jatuh, digantikan oleh negara demokratis yang didominasi oleh mayoritas penduduk Sunni, pijakan Iran di Timur Tengah akan melemah. Sebab, Iran diperintah oleh kelompok Syiah, yang sudah bermusuhan dengan kelompok Sunni secara turun-temurun.

Irak, yang kini dipimpin oleh kelompok Syiah yang berkiblat ke Iran, mungkin akan mengalami ketidakstabilan akibat kemungkinan dukungan pemerintah Sunni terhadap kelompok Sunni Irak yang kini terpinggirkan setelah rezim Saddam Hussein jatuh. Rezim Saddam Hussein adalah kelompok Sunni yang memerintah mayoritas penduduk Syiah Irak.

Hal lain, bila rezim Bashar al-Assad jatuh dan otomatis Suriah akan diperintah oleh kelompok Sunni, Iran kehilangan akses ke Hizbullah di Lebanon, yang juga beraliran Syiah Itsna Asyariah sebagaimana Iran. Selama ini, Hizbullah digunakan Iran dengan melatih dan memasok senjata kepada mereka dalam rangka menghadapi Israel. Pada 2006, Hizbullah, yang menggunakan senjata Iran, ”menang” dalam perangnya melawan Israel.

Iran juga akan kehilangan pengaruh terhadap Hamas. Selama ini, Iran menanamkan pengaruhnya pada Hamas yang menolak eksistensi Israel melalui para tokohnya yang bermarkas di Suriah. Terkait dengan ancaman Israel yang berencana menyerang situs-situs nuklir Iran yang dianggap sedang melakukan proses pengayaan uranium untuk membuat senjata atom, posisi Irak, Suriah, Hizbullah, dan Hamas sangat penting. Sebab, kalau Israel jadi menyerang, yang akan menimbulkan perang dengan Iran, Teheran bisa menggunakan Irak, Hizbullah, Suriah, dan Hamas untuk membantunya.

Upaya Liga Arab untuk menjatuhkan rezim Bashar al-Assad juga tak terlepas dari niat mereka memutus tangan Iran di kawasan mereka. Jadi, bukan karena rezim Suriah membantai rakyat sipilnya. Buktinya, Liga Arab tak menghukum Bahrain yang juga membunuh para demonstran di negara itu yang mayoritas bermazhab Syiah seperti Iran. Bahkan, Liga Arab juga diam ketika Arab Saudi mengirim tentara ke Bahrain untuk ikut menembaki demonstran guna menyelamatkan monarki mungil tersebut.

Jadi, upaya menyelesaikan masalah Suriah yang kompleks tidak hanya dengan membujuk Rusia dan China agar sepaham dengan Liga Arab-Barat, tetapi juga harus melibatkan Iran.

Smith Alhadar Penasihat pada The Indonesian Society for Middle East Studies

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com