Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Baru di Tangan Presiden Lama

Kompas.com - 08/05/2012, 02:24 WIB

Djauhari Oratmangun

 

 

Vladimir Putin resmi presiden baru Federasi Rusia untuk enam tahun ke depan. Inilah jabatan ketiga sebagai presiden baginya setelah diselingi jabatan perdana menteri.

Bila Putin terpilih kembali sesuai dengan konstitusi baru, ditambah setahun sebagai pejabat presiden mengganti Boris Yeltsin, mantan petinggi KGB ini akan seperempat abad berada di pucuk kekuasaan Rusia.

Putin dalam pertaekwondoan politik domestik Rusia memang sebuah fenomena. Dalam batasan tertentu ia bisa disandingkan dengan tsar paling terkenal: Peter Agung. Berkat Putin, kebanggaan kebangsaan Rusia yang sempat terpuruk sejak Uni Soviet pecah dibangun kembali. Di tangan pria yang mahal senyum itu, masyarakat Rusia menyadari bahwa kapitalisme telah merangsek negerinya secara membabi buta. Bersama Putin kini masa depan Rusia dipertaruhkan.

 

Rusia baru

 

Setelah hampir 15 tahun di pucuk kekuasaan, kini Putin sang pembaru menghadapi peningkatan kesenjangan si kaya dan si miskin yang mendorong kenaikan kriminalitas, korupsi yang cukup mengkhawatirkan, dan instabilitas di sejumlah wilayah.

Dalam konstelasi internasional, Rusia dihadapkan pada kenyataan: perubahan radikal ekonomi, pencapaian teknologi tinggi yang sangat cepat, serta perebutan kekuasaan dan pengaruh yang demikian akut. Dalam keadaan seperti ini, hanya bangsa yang sangat unggul dengan pemimpin yang visioner dan kuat yang dapat tetap eksis menjaga jati diri dan pengaruhnya.

 

Dus, tugas utama Putin tentulah membangun ekonomi baru yang stabil dan mampu menunjukkan pertumbuhan kualitatif dalam konteks persaingan yang sehat, sekaligus siap menghadapi segala bentuk goncangan. Rusia perlu menciptakan sistem makroekonomi, keuangan, teknologi, dan pertahanan yang lebih baik sebab abad ke-21 merupakan era kebangkitan pusat geopolitik, keuangan, dan peradaban baru.

Rusia di bawah Putin bisa dipastikan akan meneruskan bahkan memperbaiki kebijakan lama yang mencoba memperkuat posisinya di tingkat internasional. Perannya yang kentara di PBB, khususnya sebagai pemegang hak veto, tak akan disia-siakan. Lebih dari satu dasawarsa kebijakan luar negeri Rusia konsisten: mitra setara bagi Barat.

Sejalan dengan belum ”mesra- nya” hubungan dengan Barat dalam berbagai hal, Rusia akan mulai berpaling ke wilayah Timur Jauh. Rusia melihat Asia Pasifik sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi baru dengan pembangunan ekonomi yang lincah dan penuh dengan berbagai potensi kerja sama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com