Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPD Bentuk Tim Investigasi Kasus Tiga TKI di Malaysia

Kompas.com - 27/04/2012, 19:07 WIB
Sidik Pramono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman mengutuk keras penembakan tiga tenaga kerja asal Indonesia yakni Herman (34), Abdul Kadir (25), serta Mad Noor (28) yang dilakukan oleh Polisi Diraja Malaysia (PDRM) hingga tewas.

Irman Gusman meminta pemerintah Indonesia mengirimkan nota protes diplomatik kepada pemerintah Malaysia karena kasus ini termasuk pelanggaran HAM yang harus diusut secara tuntas.

Selain itu, pemerintah Malaysia juga harus memberikan penjelasan kepada pemerintah RI dan meminta maaf serta memberikan ganti rugi kepada keluarga korban. Kasus tewasnya TKI bukan berita baru.

Setiap tahun hampir saja selalu muncul kasus yang serupa dan selalu menghebohkan negeri ini. Hal ini menunjukan bahwa sampai saat ini upaya kita untuk menyelesaikan permasalahan TKI ini belum menyentuh akar masalahnya. Langkah penanganan TKI selama ini masih bersifat parsial dan cenderung reaksional.

"Kasus tewasnya 3 TKI di Malaysia ini menandakan penanganan dan perlindungan yang diberikan negara kepada TKI masih sangat lemah. Selama ini penanganan kasus-kasus TKI cenderung masih bersifat jangka pendek sehingga hampir tiap tahun kasus-kasus TKI masih saja bermunculan," tutur Irman.

Menanggapi kasus ini, DPD RI sendiri akan membentuk tim investigasi terhadap tewasnya 3 TKI asal NTB tersebut. "Saat ini DPD RI sedang dalam masa reses dan baru tanggal 7 Mei nanti akan mulai masa sidang dan sekaligus akan membentuk tim tersebut, karena bagaimanapun juga TKI adalah pahlawan daerah," ungkap Irman.

Irman menilai bahwa TKI bukan hanya pahlawan devisa nasional tetapi juga pahlawan pembangunan daerah di era otonomi ini. TKI itu rata-rata dari luar Jabodetabek. Sehingga uang yang mereka hasilkan selama bekerja di luar negeri dikirimkan ke keluarga mereka di daerah. Jadi sudah sepantasnya mereka diberikan perlindungan yang maksimal.

"Sampai saat ini para TKI berhasil mengirim remitansi sedikitnya Rp 70 triliun pertahun yang menggerakkan ekonomi di daerah khususnya di daerah mereka. Kita seharusnya bersyukur bahwa peran TKI begitu besar dalam menggerakkan pembangunan ekonomi di daerah," lanjut Irman.

"Kelemahan pemerintah melindungi TKI selama ini seperti sebuah benang kusut yang tidak ada ujungnya.

Harusnya kita sudah banyak mengambil hikmah dan pelajaran dari berbagai kasus pembunuhan dan penganiyaan TKI di luar negeri. Tapi kok selalu saja kasusnya berulang-ulang.

Kini sudah saatnya pemerintah membuka mata dan belajar agar kasus-kasus penganiyaan, pembunuhan, hukuman gantung tidak lagi menimpa TKI yang bekerja di luar negeri. Kasus ini harus dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem pengiriman dan perlindungan TKI," harap Irman. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

    Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

    Nasional
    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Nasional
    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Nasional
    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Nasional
    Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

    Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

    Nasional
    Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

    Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

    Nasional
    Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

    Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

    Nasional
    15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

    15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

    Nasional
    Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

    Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

    Nasional
    Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

    Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

    Nasional
    Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

    Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

    Nasional
    Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

    Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

    Nasional
    9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

    9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

    Nasional
    Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

    Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

    Nasional
    Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

    Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com