Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Nikmati Panen Raya Opium

Kompas.com - 23/04/2012, 14:45 WIB

"Saya senang bisa pergi ke Helmand dan menghasilkan banyak uang," kata Lalai, pemuda 20 tahun dari Provinsi Uruzgan.

"Hanya di saat-saat seperti ini kami bisa mendapat banyak uang dalam waktu singkat," katanya.

Keberadaan pos-pos polisi tidak membuat gentar para pemilik ladang yang mencari pekerja di stasiun itu. Seorang polisi yang meminta namanya tidak disebut mengatakan, "Kami tahu mengapa orang-orang ini pergi ke Helmand dan kami juga tahu ada dari mereka pejuang Taliban yang untuk sementara meletakkan senjata untuk bekerja di ladang opium."

"Tapi kami tidak bisa menangkap mereka karena mereka bisa membantah tuduhan dan bahkan menuduh kami mengganggu mereka tanpa alasan," lanjutnya.

Juru bicara Pemerintah Provinsi Helmand, Daud Ahmadi, membenarkan adanya arus besar penduduk yang menuju ladang-ladang opium. Ditegaskannya, pemerintah setempat akan menghentikan mereka dan tidak akan memberi mereka kelonggaran bagi siapa pun yang melanggar hukum.

"Kami melihat ada peningkatan jumlah orang yang datang untuk bekerja secara ilegal dan terutama di ladang-ladang opium di sini, di Helmand," katanya.

"Kami sudah menangkap ratusan orang dan mengembalikan sebagian dari mereka ke provinsi asal masing-masing. Atau menugasi mereka memusnahkan ladang-ladang opium," paparnya.

Ahmadi juga memberi peringatan keras pada orang-orang yang berencana bekerja di ladang opium. "Praktik ini ilegal, kami akan menghukum siapa pun yang mencoba melanggar hukum."

Sayangnya, di negara yang memiliki angka korupsi tinggi, bahkan di kalangan para pejabat tinggi, hasil dari panen opium tidak hanya masuk ke kantong-kantong Taliban, tetapi juga dinikmati para pejabat keamanan setempat.

"Kami tidak takut polisi," kata seorang pemuda yang sudah mendapatkan pekerjaan dan siap naik bus ke Helmand.

"Jika ditangkap polisi, kami bisa dengan mudah mengusir mereka (polisi) dengan membayar seribu sampai dua ribu afgani," ujarnya santai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com