Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekjen PBB: Suriah Jadi Keprihatinan Utama

Kompas.com - 21/03/2012, 04:18 WIB

Bogor, Kompas - Apa yang terjadi di Suriah menjadi keprihatinan utama masyarakat internasional. ”Lebih dari 8.000 orang terbunuh. Situasi di sana tidak bisa diterima sama sekali,” kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon, Selasa (20/3), di Istana Bogor.

Hal tersebut disampaikan menjawab pertanyaan dalam jumpa pers bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ban tiba di Istana Bogor sekitar pukul 08.50, dalam rangkaian kunjungannya ke Indonesia selama tiga hari. Didampingi istri, Sekjen PBB juga mengunjungi Indonesia Peace and Security Center, di Sentul, Jawa Barat.

”Rakyat Suriah berada dalam situasi sulit dan berbahaya. Meski begitu, banyak korban di pihak mereka, upaya untuk menuntut kebebasan bersuara, berkumpul, dan hak-hak asasi manusia terus disuarakan,” tuturnya.

Menurut Ban Ki-moon, dirinya menunjuk mantan Sekjen PBB Kofi Annan sebagai utusan khusus dalam isu Suriah. Annan telah dua kali bertemu Presiden Suriah Bashar al-Assad. Upaya membuka akses bagi bantuan kemanusiaan terus dilakukan.

Saat ini, ada tiga prioritas dalam isu Suriah, yakni menghentikan kekerasan dari kedua kubu serta menghentikan pembunuhan; mengupayakan dialog politik yang mengikutsertakan semua pihak di Suriah; serta membentuk pangkalan di laut sebagai basis pemberian bantuan kemanusiaan untuk rakyat Suriah.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, dunia internasional harus melakukan upaya konkret menghentikan penderitaan di Suriah. Seluruh dunia harus bersatu untuk menyelesaikan isu Suriah sesegera mungkin.

Menumpas oposisi

Bocoran dokumen resmi Suriah yang disimpan televisi Aljazeera dan dirilis harian Inggris The Guardian, Selasa (20/3), mengungkapkan, konsep penanggulangan krisis Suriah dipersiapkan tim khusus yang dibentuk pemerintah dan ditandatangani Assad. Isinya adalah memberi keleluasaan kepada aparat dan militer untuk menumpas kelompok oposisi.

Dokumen ratusan halaman itu menyebut, ada pertemuan harian antara pimpinan aparat keamanan, intelijen, dan militer setiap pukul 19.00 untuk mengevaluasi perkembangan. Lalu ada instruksi yang disahkan Assad.

Dokumen rahasia tersebut dibawa lari keluar Suriah oleh mantan kepala bagian informasi satuan urusan penanggulangan krisis, Abdel Majid Barakat, yang kini bersembunyi di Turki.

Dokumen itu mengungkapkan, pemerintah mengerahkan ribuan milisi loyalis rezim yang dikenal dengan nama Syabihah dan anggota partai Baath yang berkuasa untuk mengucilkan kota Damaskus, Aleppo, Idlib, dan kota besar lainnya dari desa-desa sekitarnya.

(Ato/Ong/MTH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com