Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oposisi Membuat Putin Berpikir

Kompas.com - 12/03/2012, 03:32 WIB

Moskwa, Minggu - Persoalan ekonomi menjadi dilema dan harus dihadapi oleh Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, yang segera menjabat presiden. Putin sudah pernah dua kali menjabat presiden. Ada masalah korupsi dan ketergantungan pada ekspor migas.

Jika ditambah dengan maraknya aksi protes yang dilakukan kelas menengah membuat misi Putin menjadi lebih penting. Para ekonom saat ini mencari tahu apakah energi yang disalurkan dari aksi jalanan ini dapat membuat Putin berkomitmen pada reformasi yang telah dia janjikan.

Putin berjanji akan mereformasi ekonomi Rusia ketika mendapatkan durian runtuh berupa kenaikan harga minyak saat menjadi orang nomor satu di Kremlin tahun 2000-2008. ”Kaum menengah di kota-kota di Rusia telah beralih dari konsumen menjadi anggota masyarakat pendobrak,” demikian ditulis para ekonom dari Citigroup New York.

”Pertanyaan utama adalah ketika pertanda popularitas Putin menurun, apakah ini akan mendesak dia mereformasi ekonomi,” tambah ekonom dari lembaga konsultasi Capital Economics, di London, Minggu (11/3).

Sejak tahun 2000, Rusia mencatatkan rekor pertumbuhan investasi asing langsung paling rendah di antara semua negara di Eropa Timur. Tampaknya peran sektor manufaktur Rusia juga semakin menurun dalam perekonomian secara keseluruhan.

Masalah pertama yang harus dijelaskan adalah ketidakpercayaan Barat atas pengadilan Rusia. Juga ada persoalan tentang penguatan kurs rubel yang tidak wajar karena ekspor minyak.

Baik Putin maupun Presiden Dmitry Medvedev telah berjanji akan memperbaiki keadaan. Mereka berkomitmen menegakkan pengadilan yang independen dan mendiversifikasikan kegiatan ekonomi. Namun, para ekonom khawatir Putin akan gagal.

Korupsi mengakar

Persoalan lain adalah korupsi, yang telah menguapkan sepertiga hingga separuh Produk Domestik Bruto (PDB) Rusia. Anggaran belanja negara juga meningkat pada proyek-proyek yang tidak efektif.

Akan tetapi, para analis pada Renaissance Capital di Moskwa melihat ini mungkin merupakan pertanda yang baik. Menurut mereka, dengan menyampaikan isyarat ancaman seperti ini, Putin ingin melanggengkan kekuasaan dengan reformasi ekonomi.

”Mereka yang meremehkan kemampuan Putin soal perubahan diri menjadi reformis demi mempertahankan popularitasnya mungkin akan terkejut,” demikian laporan Renaissance Capital pada laporan setelah pemilu.

”Hambatan politis baru dari kubu oposisi juga akan bertindak sebagai kekuatan korektif bagi Putin untuk mereformasi pihak-pihak yang enggan melakukan reformasi,” tambah laporan tersebut.

Akan tetapi, tetap pesimistis. Diragukan apakah Putin dapat melakukan reformasi karena korupsi yang sudah mendarah daging dan sulitnya mengakhiri ketergantungan ekonomi Rusia atas minyak. ”Jika harga minyak tetap tinggi tampaknya tidak akan ada perubahan radikal yang dibuat dalam periode ketiga Putin ini,” demikian kesimpulan dari Capital Economics di London.(AFP/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com