Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuh Dekade Manajer Rp 1 Miliar

Kompas.com - 08/03/2012, 02:47 WIB

Terlihat mantan Presiden BJ Habibie. Juga ada mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ketua DPD Irman Guzman. Sejumlah menteri kabinet dan beberapa tokoh pers, termasuk Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama, juga hadir di Ballroom Hotel The Ritz-Carlton Pacific Palace, Rabu (7/3) malam. Tidak ketinggalan sejumlah pengusaha terkemuka Indonesia dan kalangan diplomat asing.

Aktivitas ini berkaitan dengan perayaan tujuh dekade usia Tanri Abeng. Tanri yang kelahiran Selayar, Sulawesi Selatan, 7 Maret 1942, semalam terlihat masih segar dengan pakaian jas warna gelap. Tidak sedikit para tamu bergambar bersama Tanri yang ramah. Emil dan Edwin Abeng, dua putra Tanri dari pernikahannya dengan Farida Nasution, semalam menggelar jamuan malam berkenaan dengan usia 70 tahun ayah mereka.

Acara semalam mengambil tema ”No Regrets, Rekam Jejak Sang Profesional, Teknokrat dan Guru Manajemen, Tanri Abeng”. Tema yang diambil dari judul buku Tanri Abeng, A Look Back on A Life With, No Regrets, yang pada malam tadi juga diluncurkan di hadapan para hadirin. Buku dengan sampul warna merah terang dengan wajah Tanri Abeng lengkap dengan kumis lebatnya.

Emil dan Edwin membagi perjalanan hidup ayah mereka dalam 10 titik dikali tujuh tahun. Pada tujuh tahun pertama sampai ketiga, diceritakan perjalanan Tanri dari kampungnya di Selayar. Dimulai dengan usaha keras Tanri menjajakan pisang dan hasil kebun orangtuanya. Tamat SMEA, Tanri dapat beasiswa di Amerika Serikat.

Tujuh tahun keempat, karier profesional mulai dirintis Tanri. Tanri dapat beasiswa belajar master of business administration (MBA) tahun 1967-1968 di State University of New York, AS. Usia 26 tahun, Tanri selesai. Dalam usia 27 tahun, dia bergabung dengan Union Carbide Corporation. Usia 29 tahun, dia menjadi direktur keuangan, sekaligus anggota direksi termuda di dunia dari perusahaan multinasional itu.

Tujuh tahun kelima dan keenam, pada usia 37 tahun, ia kembali ke Indonesia tahun 1979 dan menjadi orang nomor satu di perusahaan minuman Heineken. Dia membenahi perusahaan yang sudah ada di Indonesia sejak 1932, tetapi dengan manajemen yang kacau.

Sejak ini, Tanri mulai dikenal sebagai pemikir manajemen ulung. Manajemen profesional, ujar Tanri waktu itu, merupakan basis keunggulan daya saing bangsa. Nama Tanri kian berkibar dan menjadi incaran banyak perusahaan di Indonesia.

Dan, pada tujuh tahun ketujuh muncul julukan ”Manajer Satu Miliar” saat Tanri ”dibajak” Kelompok Usaha Bakrie. Entah gajinya yang Rp 1 miliar atau biaya transfer. Tanri saat itu hanya bilang, gajinya dibayar cukup tinggi oleh kelompok Bakrie. Eksekutif termahal.

Tujuh tahun ke delapan, Tanri mulai terlibat dalam pemerintahan. Sebelumnya sempat membantu Menteri Pariwisata dan menjadi Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional kala Presiden Soeharto memintanya menjadi Menteri BUMN dengan tujuan membenahi perusahaan negara agar bisa untung (profitisasi) sebelum privatisasi.

Tujuh tahun ke sembilan dan kesepuluh, Tanri mulai berbakti sebagai guru. Dia juga menulis buku. Dia juga berbagi kearifan dan kebajikan. Tanri semalam bertekad akan tetap berbakti bagi bangsa Indonesia. (ppg)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com