Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menukar Ganja dengan Ulos dan Kopi

Kompas.com - 25/02/2012, 03:15 WIB

Sejak tahun 1971, hampir seluruh warga di sana berladang ganja. Warga ikut larut dalam gejolak politik sejumlah gerakan. Kondisi sosial ekonomi warga memprihatinkan. Kini, tak sejengkal tanah di sana ditumbuhi ganja.

Kondisi di Desa Maheng itu berbeda dengan di desa-desa lain. Desember 2011, dalam operasi selama 12 hari, BNN dan Direktorat Narkoba Polda Aceh menemukan ladang ganja seluas 155 hektar di Kecamatan Seulimuem, termasuk ladang ganja di Desa Lamteuba. Ladang ganja bahkan tidak lagi ditanam tumbuh liar, tapi sudah dipupuk dan dipagar plastik agar terhindar dari serangan hama.

Menurut Dedy, ladang ganja siap panen seluas itu menghasilkan 222 ton ganja kering bernilai Rp 556 miliar dengan asumsi, satu kilogram ganja kering berharga Rp 2,5 juta di Jakarta.

”Jadi kalau ada yang mengklaim Meksiko sebagai negara penghasil ganja terbesar di dunia, itu tidak benar,” ujar Dedy dalam satu percakapan satu malam di Night Bazaar, Chiang Rai.

Ia memastikan, sekurangnya ada 50 hektar ladang ganja di setiap kabupaten di Aceh. Ada 21 kabupaten di Aceh. Dengan demikian, sekurangnya, diperkirakan ada 1.050 hektar ladang ganja di Aceh.

Peran pemerintah pusat

Melihat prestasi yang ditunjukkan MFLF di Maheng, Benny tak lagi khawatir terhadap pelaksanaan proyek pengembangan Lamteuba dan tiga desa di Penyabungan Timur.

”Kami sudah memiliki modal seperti dimiliki Doi Tung. Kami punya kopi dan tenun ulos. Kami punya sejumlah kawasan yang berpotensi besar menjadi kawasan wisata alam. Yang kami tunggu tinggal alokasi dana dan kemauan politik pemerintah pusat. Selebihnya, bisa kami lakukan bersama MFLF dan BNN,” kata Dahlan di sela kunjungan ke kawasan industri tenun dan kerajinan keramik di Doi Tung.

Seperti halnya warga Desa Maheng, awalnya para pemuka di tiga desa Penyabungan Timur serta Desa Lamteuba enggan memberi informasi tentang ladang ganja di daerah mereka. Apalagi bekerja sama dengan aparat membersihkan wilayahnya dari tanaman ganja.

”Setelah kami membuka dialog, berbagi tentang masa depan dan menjamin keselamatannya, mereka membuka diri,” tutur Benny.

BNN juga mengajak para lurah, pemuka agama dan masyarakat mengunjungi Doi Tung. BNN selanjutnya akan mendampingi bupati menemui sejumlah menteri terkait agar mendapat dukungan anggaran dari pusat.

”Saya kira ini kesempatan baik,” ucap Kepala Polres Madina, Ahmad Fauzi. (WINDORO ADI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com