Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Bermain Biola!

Kompas.com - 24/02/2012, 01:51 WIB

Alat musik gesek umumnya dinikmati kalangan berduit. Tetapi, anggapan itu mulai terkikis. Pandangan bahwa biola sebagai alat musik untuk kalangan berduit tidak berlaku dalam komunitas Taman Suropati Chamber.

Terik matahari tak menghentikan langkah-langkah kaki menyusuri jalan menuju Taman Suropati, Menteng, Jakarta. Beberapa orang membawa tas hitam. Mereka terdiri dari berbagai usia, melangkah dalam harmoni.

Lantunan nada mengiringi langkah pasti mereka. Tidak ketinggalan anak-anak yang semakin antusias berlari kecil bersama orangtuanya. Mereka ingin cepat sampai taman rupanya.

Dari kejauhan, beberapa orang tampak piawai memainkan biola. Sebagian lainnya belum benar-benar menguasai alat musik di tangannya itu. Udara segar menyertai kegiatan komunitas yang berdiri tahun 2006 itu. Setiap Minggu, pukul 10.00 sampai 14.00, mereka berkumpul untuk mengasah kemampuan bermusik.

Sambil berteduh di pepohonan Taman Suropati yang rindang, anggota Taman Suropati Chamber mulai memainkan alat musiknya. Lantunan irama terdengar, memberikan suasana hangat di kawasan ini.

”Awalnya hanya segelintir orang yang berminat mengikuti komunitas kami, karena sebelumnya banyak orang berpendapat bahwa musik seperti ini hanya dimainkan di dalam gedung,” ungkap Agustinus Esti Sugeng, pendiri Taman Suropati Chamber.

Seiring perkembangan, jumlah orang yang bergabung dengan komunitas alat musik gesek ini terus bertambah. Sayangnya, animo masyarakat di wilayah Taman Suropati justru masih minim.

Alat musik gesek yang dipilih tak hanya biola, tetapi juga gitar dan selo, meski biola memang dominan karena alat musik ini relatif lebih mudah dibawa ke mana-mana. Salah satunya Agustinus, yang akrab dipanggil Ages. Ia lebih menyukai biola.

”Saya ingin melestarikan musik di Tanah Air melalui komunitas ini,” tuturnya.

Jumlah anggota Taman Suropati Chamber kini mencapai lebih dari 100 orang. Anggota yang tergabung di sini terdiri atas berbagai level, yang sebutannya mulai dari bibit, akar, batang, dahan, hingga ranting.

Kelas bibit terdiri atas anak-anak berusia 4-8 tahun atau orang-orang dewasa yang baru bergabung dengan Taman Suropati Chamber. Murid-murid di level bibit mendapat materi dasar, di antaranya cara memegang biola yang benar dan perkenalan nada-nada dasar.

Pada level selanjutnya, yaitu akar, murid mulai belajar memainkan sebuah lagu. Ranting, yang merupakan level tertinggi dalam Taman Suropati Chamber, kebanyakan terdiri atas orang dewasa. Uniknya, salah seorang anak berusia 10 tahun sudah memasuki level tersebut dan mahir memainkan lagu-lagu dengan tingkat kesulitan cukup tinggi.

”Awalnya main biola itu susah banget. Tetapi setelah aku belajar sama kakak-kakak pelatih di sini, aku jadi bisa,” cerita Abraham.

Seperti sekolah musik pada umumnya, Taman Suropati Chamber mengadakan ujian kenaikan level. Ujian itu dilakukan sewaktu-waktu, bergantung pada kemampuan peserta. Inilah yang membedakan Taman Suropati Chamber dengan sekolah musik lain.

Para anggota tak perlu mengeluarkan uang relatif besar untuk berlatih biola karena biaya per bulan Rp 150.000. Biaya yang diperlukan untuk mengikuti Taman Suropati Chamber cukup terjangkau dibandingkan biaya kursus musik pada umumnya yang rata-rata per bulan sekitar Rp 400.000, bahkan lebih.

Tim SMAN 8 Tangerang Kelas XII IPA 4: Nida Nurul Huda, Ayesha Tantriana, Cahyo Putranto Prabowo, Ken Laksmita MB

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com