Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin Terpuruk di Kampung Halaman

Kompas.com - 15/02/2012, 10:53 WIB

SAINT PETERSBURG, KOMPAS.com — Seiring dengan kian maraknya gelombang protes terhadap pemerintahan Perdana Menteri Vladimir Putin, popularitasnya di Saint Petersburg juga terus merosot. Padahal Saint Petersburg merupakan kota kelahirannya dan tempat membangun karier politik.

Menurut jajak pendapat yang diadakan lembaga polling VTsIOM, hanya 47 persen pemilih di kota terbesar kedua di Rusia itu menyatakan berniat memilih Putin dalam pemilihan presiden yang akan dilaksanakan 4 Maret mendatang.

Tingkat popularitas PM Rusia itu berbeda jauh dengan jajak pendapat menjelang Pilpres 2000 dan 2004. Saat itu dia mendapat masing-masing 62 persen dan 75 persen dukungan. Dukungan di kota itu saja melebihi dukungan dari seluruh Rusia.

”Sebuah kelompok kelas baru masyarakat berhasil mencapai kehidupan yang layak dan orang-orang yang menginginkan perubahan sudah muncul di Saint Petersburg, seperti juga di Moskwa,” kata Roman Mogilevsky, direktur Lembaga Informasi Sosial, sebuah lembaga polling, kepada AFP.

”Fakta bahwa Putin merupakan putra daerah Saint Petersburg, ’salah satu dari kita’, tidak lagi berpengaruh bagi mereka seperti 12 tahun lalu,” imbuhnya.

Lembaga polling independen memprediksi Putin hanyak akan memperoleh 34 persen suara untuk pemilihan presiden, satu poin lebih tinggi yang diperoleh partainya, Rusia Bersatu, pada pemilu legislatif 4 Desember lalu.

Putin dilahirkan di Saint Petersburg yang dulu dikenal sebagai Leningrad pada 1952 dan bekerja di kantor pemerintah kota di bawah pembimbingnya, wali kota saat itu Anatoly Sobchak. Sobchak-lah yang membantu mantan agen KGB itu membangun karier politik.

Dalam setiap kesempatan, Putin selalu mengungkapkan koneksinya dengan mantan ibu kota Rusia itu dan para kritikus menuduh pemerintah daerah Saint Petersburg dan konglomerasi besar di daerah itu dikelola oleh kroni-kroninya. Presiden Dmitry Medvedev dan direktur perusahaan gas negara Alexei Miller juga berasal dari Saint Petersburg.

Namun, Putin kini menghadapi gerakan protes nasional menyusul pemilu legislatif yang diduga penuh dengan kecurangan.

Sejak Desember puluhan ribu warga Rusia turun ke jalan-jalan Moskwa untuk menuntut ”Rusia tanpa Putin”. Di Saint Petersburg sendiri massa demonstrasi berjumlah sekitar 10.000 orang.

Banyak warga Saint Petersburg yang merasa frustrasi pada pemerintahan Putin. ”Bagi saya Putin adalah diktator yang memenjarakan Mikhail Khodorkovsky (taipan anti-Kremlin), yang memberangus kebebasan pers dan membawa negeri ini ke jalan buntu,” kata Galina Asafiyeva, warga Saint Petersburg berusia 55 tahun.

”Saya malu dia berasal dari Saint Petersburg,” lanjutnya.

Bahkan, tim kampanye Putin di kota itu pun mengakui mereka menghadapi tantangan yang lebih berat dalam kampanye kali ini. Mereka bertekad untuk mengerahkan segenap kemampuan demi memenangkan Putin di tanah kelahirannya.

”Situasi di Saint Petersburg sangat berbeda dibandingkan masa lalu. Ada beberapa masalah. Secara umum warganya tidak lagi percaya pada pemilihan umum,” kata Vladimir Livinenko, ketua tim kampanye Putin di Saint Petersburg.

Tim kampanye Putin ”harus melakukan apa pun” agar dia mendapat lebih dari 50 persen suara di kota yang selama ini menjadi basis massa Putin, jelas Litvinenko.

”Sebagai tanah kelahiran kandidat (Putin), Saint Petersburg harus menjadi penunjuk arah bagi wilayah-wilayah lain, bukan hanya dalam hal partisipasi pemilih, melainkan juga perolehan suara untuk Putin,” katanya.

”Tetapi pemilihan suara ini harus adil dan tanpa manipulasi,” tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com