Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepatu PM Julia Gillard Akhirnya Dipulangkan

Kompas.com - 28/01/2012, 07:26 WIB

CANBERRA, KOMPAS.com — Sepatu yang terlepas dari kaki kanan Perdana Menteri Julia Gillard saat lari menyelamatkan diri dari kepungan demonstran akhirnya dikembalikan oleh para aktivis yang menemukannya, Jumat (27/1/2012) malam.

Laman berita news.com.au menyebutkan, sepatu kulit suede berwarna biru tua itu diserahkan kepada penjaga gerbang utama Gedung Parlemen Australia. Saat jumpa pers pada Jumat siang, pelopor aksi protes ”Kedutaan Besar Tenda Aborigin”, Michael Anderson, memang berjanji akan mengembalikan sepatu itu kepada Gillard.

Sepatu itu menjadi pusat perhatian setelah foto PM Gillard yang dirangkul oleh para pengawal dalam keadaan satu kaki telanjang beredar ke seluruh dunia.

Aparat keamanan mengeluarkan Gillard dan pemimpin oposisi Tony Abbott dari restoran The Lobby di Canberra, Kamis, setelah sekitar 200 demonstran pembela hak-hak suku asli Aborigin Australia mengepung dan menggedor-gedor kaca jendela restoran sambil meneriakkan protes terhadap Abbott atas komentarnya yang dianggap rasis.

Setelah kericuhan reda, seorang aktivis menemukan sepatu milik Gillard yang terlepas tersebut. Aktivis itu berniat tak akan mengembalikannya. ”Dia (Gillard) tak akan mendapatkannya, (sepatu) ini akan masuk ke eBay,” ujar aktivis itu.

Benar saja, Jumat pagi, sepatu hak tinggi model wedge berukuran 8 itu nongol di laman lelang tersebut. Dibuka dengan harga awal 148 dollar Australia, sepatu itu sempat ditawar hingga 2.000 dollar Australia (Rp 19,1 juta) sebelum pihak eBay membatalkan lelang.

”Kami tahu pemiliknya perdana menteri. Pihak penjual tak menyebutkan telah mendapat izin (untuk melelang sepatu itu), jadi kami membatalkannya,” ungkap eBay kepada surat kabar Sydney Morning Herald.

Di balik kehebohannya, insiden lepasnya sepatu itu mengingatkan dunia akan nasib suku Aborigin. Setiap peringatan Australia Day pada 26 Januari, yakni peringatan kedatangan armada kolonial pertama Inggris di ”Benua Kanguru”, sebagian warga Aborigin selalu menggelar protes. Mereka menganggap tanggal itu sebagai Hari Invasi karena hingga hari ini, tanah leluhur mereka diduduki oleh pendatang tanpa perjanjian resmi.

Kantor berita AFP menyebutkan, diperkirakan ada sekitar satu juta warga Aborigin saat Inggris datang ke Australia. Kini, hanya ada 470.000 warga suku asli itu dari total 22 juta penduduk negara tersebut.

Mereka menjadi minoritas paling dirugikan, lebih rentan kena penyakit, lebih sering dipenjara, dan memiliki usia harapan hidup lebih pendek daripada warga non-Aborigin. Untuk memprotes ketidakadilan ini, warga Aborigin dan para pendukungnya sejak 1972 menggelar aksi protes dalam tenda-tenda darurat yang dibangun di depan Gedung Parlemen lama di Canberra yang kemudian dijuluki ”Kedubes Tenda Aborigin”.

(AFP/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com