Jakarta, Kompas -
Pengamat perminyakan Kurtubi, Selasa (24/1), di Jakarta, mengingatkan, konflik Iran dengan negara-negara Barat harus diwaspadai secara serius karena risiko dampaknya sangat besar terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Jika negara- negara Barat menekan Iran dengan mengembargo minyak Iran, Iran kemungkinan besar akan memblokade Selat Hormuz. ”Jika ini terjadi, pasar minyak dunia akan panik,” ujar Kurtubi.
Dalam hitungan jam, harga minyak bisa naik 20 dollar AS per barrel. Dalam hitungan hari, harganya akan menembus 150 dollar AS per barrel. Dalam hitungan bulan, harga bisa tembus 200 dollar AS. Kalau ini terjadi, Indonesia akan kekurangan bahan bakar minyak 30 persen karena Kilang Cilacap mengolah minyak mentah (
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi Pri Agung Rakhmanto menambahkan, jika embargo itu diterapkan, kekurangan pasokan minyak bagi dunia sebesar 1 juta-2 juta barrel per hari. Kekurangan pasokan itu bisa ditutup dengan peningkatan produksi minyak Arab Saudi yang memiliki kelebihan kapasitas produksi 4 juta barrel per hari.
Secara terpisah, Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina Mochamad Harun mengungkapkan, selama ini pasokan impor minyak mentah untuk kilang PT Pertamina dari Saudi Aramco, yang melalui Selat Hormuz, sekitar 60.000 barrel per hari atau 1,8 juta barrel per bulan. Sisanya, 300.000 barrel per hari, berasal dari Asia, Singapura, Malaysia, China, dan beberapa negara lain.
Untuk mengantisipasi krisis minyak itu, PT Pertamina minta dukungan pemerintah agar minyak mentah produksi dalam negeri, termasuk bagian kontraktor kontrak kerja sama, diolah di dalam negeri atau tidak boleh diekspor.