Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Tarlem: Dari Mana Informasi Sakit Jantung?

Kompas.com - 09/01/2012, 10:35 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keluarga Tarlem binti Unus Tajeum (43), TKI yang meninggal dunia di Yordania, mengaku heran dengan adanya surat yang menyebutkan almarhumah meninggal karena penyakit jantung. Pasalnya, pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) tidak menyebutkan penyebabkan kematian wanita asal Subang, Jawa Barat itu dalam surat keterangan.

"Dari mana datangnya informasi sakit jantung? Kemenlu saja tidak tahu dan jenazah belum diotopsi," kata Ali Lutfie, keponakan almarhumah saat menunggui jenazah di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Minggu (8/1/2012).

Ali lantas menunjukkan surat izin mengangkut jenazah yang dikeluarkan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Bandara Soekarno-Hatta. Di situ disebutkan penyebab kematian bukan karena penyakit menular. "Sebab kematian: Jantung," demikian kutipan surat tersebut tanpa penjelasan lebih lanjut.

Dalam surat yang ditandatangani dr Eva itu, juga tertulis keterangan tersebut sesuai dengan informasi dalam surat terlampir. Namun, dalam lampiran yang ditunjukkan Ali, yaitu surat dari Kementerian Luar Negeri No. 05111/WN/XII/2011'65, ternyata tidak disebutkan penyebab kematian Tarlem secara khusus.

Surat hanya menyebutkan data tempat dan waktu kematian sesuai nota diplomatik yang diterima dari Kementerian Luar Negeri Yordania kepada Kedutaan Besar RI di Amman, Yordania, yakni Hay Al-Kamiyah, Yordania, pada 24 November 2011.

Hal serupa juga disampaikan Budiman Pasaribu, Kasubdit Pemulangan TKI BNP2TKI. Ia menyatakan belum ada informasi resmi dari pihak Kementerian Luar Negeri terkait penyebab kematian isteri dari Awes bin Goding (44) itu.

Setelah tiba di Bandara Soekarno-Hatta sore tadi, keluarga memutuskan untuk membawa jenasah ke RSCM guna menjalani otopsi. Menurut Ali, pihak keluarga ingin mengetahui penyebab pasti kematian almarhumah. Mereka menduga ada ketidakwajaran di balik kematian wanita kelahiran 10 November 1968 ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

    PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR Meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

    Nasional
    Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

    Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

    Nasional
    Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

    Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

    Nasional
    Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

    Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

    Nasional
    KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

    KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

    Nasional
    Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

    Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

    Nasional
    Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

    Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

    Nasional
    KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

    KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

    Nasional
    Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

    Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

    Nasional
    Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

    Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

    Nasional
    Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

    Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

    Nasional
    Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

    Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

    Nasional
    Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

    Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    [POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

    Nasional
    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com